JAKARTA - Jakarta diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang solid pada tahun 2025, dengan angka antara 4,6 hingga 5,4 persen. Proyeksi ini datang dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi DKI Jakarta, yang menyebut bahwa berbagai faktor kunci turut menopang momentum positif tersebut, termasuk konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, serta sektor usaha yang berkembang pesat.
Menurut Deputi Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta, Iwan Setiawan, daya tahan konsumsi masyarakat menjadi salah satu pilar utama. “Konsumsi rumah tangga didukung daya beli yang relatif lebih berdaya tahan, tingginya sektor formal di Jakarta serta masih tetap maraknya event baik skala nasional maupun internasional,” ujarnya.
Empat Pilar Penggerak Ekonomi Jakarta
Sektor investasi di Jakarta juga menunjukkan kontribusi yang signifikan. Pembangunan berbagai proyek strategis, seperti MRT Jakarta, LRT Jakarta, dan kawasan hunian berbasis transportasi (transit oriented development/TOD), menjadi mesin penggerak utama. Proyek-proyek ini tidak hanya meningkatkan daya tarik investasi, tetapi juga memperkuat struktur ekonomi ibu kota dalam jangka panjang.
Tak kalah penting adalah peran ekspor yang mulai membaik. Kinerja ekspor yang positif, terutama ke negara-negara tujuan utama seperti Eropa, Amerika Latin, dan Timur Tengah, yang masih menunjukkan pertumbuhan kuat pada 2025, diharapkan menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi Jakarta.
Sementara itu, sektor perdagangan, jasa keuangan, konstruksi, informasi dan komunikasi, serta layanan lainnya juga diantisipasi mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. “Mesin pertumbuhan, di Jakarta ada digitalisasi, ada keunggulan infrastruktur. Kami berkeyakinan hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik lagi,” tambah Iwan.
Inflasi Terkendali Berkat Pengelolaan Pangan yang Baik
Di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi, inflasi Jakarta diperkirakan tetap berada dalam kisaran yang aman, yakni 2,5 persen plus minus 1 persen. Namun, perhatian khusus diberikan pada komoditas pangan yang terkenal volatile (volatile food), karena fluktuasi harga pangan bisa mempengaruhi inflasi secara signifikan.
Iwan menjelaskan, “Sebetulnya yang perlu dijaga adalah volatile food. Tapi kami yakin Jakarta bisa jaga inflasi sesuai target karena Jakarta mampu mengelola pasokan pangan. Ada Food Station, PD Pasar Jaya. Kalau ini bisa dipertahankan, kita bisa jaga inflasi tersebut.”
Keberadaan lembaga-lembaga seperti Food Station dan PD Pasar Jaya membantu menstabilkan pasokan dan harga pangan di ibu kota, sehingga mampu menjaga tingkat inflasi tetap terkendali.
Data BPS dan Kontribusi Jakarta untuk Nasional
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta memperlihatkan bahwa pada triwulan II-2025, perekonomian Jakarta tumbuh sebesar 5,18 persen secara year-on-year (yoy), angka yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12 persen pada periode yang sama. Hal ini menegaskan posisi Jakarta sebagai motor penggerak utama perekonomian Indonesia.
Selain itu, Jakarta tercatat menyumbang 16,61 persen dari struktur perekonomian nasional pada triwulan II-2025, yang menandakan peran strategis ibu kota dalam pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan.
Dengan berbagai faktor pendukung dan pengelolaan yang baik, prospek ekonomi Jakarta pada 2025 tetap optimis, diiringi upaya menjaga inflasi agar tetap stabil dan keberlanjutan pembangunan infrastruktur yang mendorong pertumbuhan jangka panjang.