JAKARTA - Pasar saham Asia pada Senin pagi, 11 Agustus 2025, menunjukkan pergerakan yang beragam. Para pelaku pasar masih menanti dengan seksama hasil dari perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China, yang akan menentukan apakah batas waktu gencatan senjata tarif yang dijadwalkan berakhir pada 12 Agustus bakal diperpanjang atau tidak.
Situasi ini turut memengaruhi dinamika indeks saham utama di kawasan Asia, di mana sejumlah bursa bergerak positif sementara lainnya mencatat penurunan. Investor juga memperhatikan pengumuman penting dari bank sentral Australia yang akan keluar keesokan harinya, serta aktivitas di bursa saham Jepang yang tutup untuk hari ini karena libur nasional.
Bursa Asia Bergerak Variatif Jelang Keputusan Penting
Pada pembukaan perdagangan pagi ini, indeks ASX 200 Australia mencatat kenaikan sebesar 0,43 persen, berlanjut menguat 0,23 persen menjadi 8.827 poin. Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi dan Kosdaq dibuka mendatar, dengan Kospi mengalami penurunan tipis 0,11 persen ke posisi 3.206,62.
Di sisi lain, perhatian juga tertuju pada perusahaan Jepang, SoftBank, yang sedang mempersiapkan penawaran umum perdana (IPO) PayPay, operator aplikasi pembayaran digital. SoftBank menggandeng beberapa bank investasi besar seperti Goldman Sachs dan Morgan Stanley untuk IPO ini yang ditargetkan dapat mengumpulkan dana lebih dari 2 miliar Dolar AS, dan kemungkinan terlaksana pada kuartal terakhir tahun 2025.
IHSG Berpeluang Menguat, Tapi Waspadai Tekanan Jual Asing
Sementara itu, pasar saham domestik Indonesia tampak optimis di awal pekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan tren kenaikan setelah pekan lalu berhasil menutup sesi dengan penguatan 0,58 persen ke level 7.533.
Dukungan juga datang dari harga ETF saham Indonesia di pasar internasional, iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO), yang mengalami kenaikan 0,59 persen menjadi 17,83 Dolar AS di New York Stocks Exchange.
Meski demikian, beberapa analis mengingatkan bahwa IHSG masih harus berhati-hati menghadapi tekanan jual yang cukup tinggi dari investor asing. Secara teknikal, indeks berpeluang menguat menuju level 7.600, tetapi risiko koreksi turun ke bawah 7.500 tetap ada, seiring tingginya volume transaksi penjualan.
Dengan situasi ini, pasar ke depan akan sangat dipengaruhi oleh keputusan terkait kebijakan perdagangan AS-China serta pergerakan sentimen global lainnya, yang akan menjadi kunci bagi stabilitas dan arah pergerakan indeks saham di kawasan.