Freeport Indonesia

Freeport Indonesia Buka Jalan Ekspor Tembaga ke Pasar Amerika

Freeport Indonesia Buka Jalan Ekspor Tembaga ke Pasar Amerika
Freeport Indonesia Buka Jalan Ekspor Tembaga ke Pasar Amerika

JAKARTA - Kesempatan baru bagi industri tembaga nasional mulai terbuka setelah Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi menetapkan tarif bea masuk 0% untuk komoditas tembaga dan produk turunannya dari Indonesia. Kebijakan ini memicu sinyal positif dari dua produsen besar, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Freeport Indonesia (PTFI), yang kini menimbang peluang perluasan pasar ke Negeri Paman Sam.

Kendati demikian, kedua perusahaan tersebut menegaskan bahwa ekspor ke AS belum menjadi fokus utama, mengingat pasar utama mereka saat ini masih berada di Asia. Namun, potensi pasar baru tetap menjadi pertimbangan strategis di tengah tingginya permintaan global akan tembaga.

AMMN dan PTFI Fokus Pasar Asia, AS Jadi Peluang Baru

Vice President Corporate Communications Amman Mineral, Kartika Octaviana, mengatakan hingga kini pihaknya belum melakukan ekspor produk turunan tembaga ke Amerika Serikat. Produk perusahaan selama ini lebih banyak dikirim ke negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, India, dan Tiongkok.

"Produk kami biasanya diekspor ke pasar Asia seperti Korea Selatan, Jepang, India, dan Tiongkok," ungkap Kartika.

Meski belum ada realisasi ekspor ke AS, Kartika menyebut peluang perluasan pasar tetap terbuka. "Namun peluang untuk memperluas pasar tentu selalu ada," tambahnya.

Hal senada disampaikan Vice President Corporate Communications Freeport Indonesia, Katri Krisnati. Menurutnya, produk tembaga PTFI saat ini dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan pasar Asia.

"Prioritas utama perusahaan tetap pada pemenuhan kebutuhan industri dalam negeri yang memang masih terbatas," ujar Katri.

Kendati fokus domestik dan Asia masih menjadi prioritas, PTFI tetap memantau perkembangan pasar global. "Tapi PTFI juga akan memonitor dan mempertimbangkan melakukan pemasaran ke AS," ujarnya menambahkan.

Pemerintah Dorong Hilirisasi Lewat Kerja Sama Tarif Nol

Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, menjelaskan keputusan pemberlakuan tarif 0% oleh AS merupakan hasil negosiasi lanjutan yang bertujuan menurunkan tarif resiprokal untuk sejumlah komoditas strategis Indonesia.

"Kebetulan untuk copper (tembaga) kita 0 persen sudah disetujui. Copper 0 persen, nikel sudah kita mintakan juga," kata Rosan dalam acara Indonesia-Japan Executive Dialogue 2025 di Jakarta.

Kebijakan ini diharapkan menjadi pendorong peningkatan ekspor ke AS, meskipun tantangan tetap ada. Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep), Bisman Bakhtiar, mengingatkan bahwa tarif nol saja belum cukup menjadikan ekspor tembaga ke AS lebih ekonomis.

"Tarif 0% ini lumayan untuk memangkas cost ke AS. Namun kalau hanya tarif 0%, memang ekspor ke AS masih belum ekonomis karena memang biaya logistik dan pengiriman yang sangat tinggi," kata Bisman.

Bisman menilai, agar kebijakan ini efektif, pemerintah perlu mengupayakan penurunan biaya logistik dan pengiriman, khususnya untuk produk hilir bernilai tambah tinggi. Hal ini akan meningkatkan daya saing komoditas Indonesia di pasar global.

Ekspor Tembaga ke AS Masih Minim

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, ekspor tembaga Indonesia ke AS masih sangat kecil, dengan nilai sekitar 5 juta dolar AS, atau kurang dari 1% dari total ekspor tahunan. Sebaliknya, tujuan ekspor utama tetap ke China, Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan India.

Ekspor ke AS kalah bersaing karena tingginya ongkos pengiriman jika dibandingkan dengan negara-negara Asia. Kondisi ini membuat produsen lebih memilih pasar yang jaraknya lebih dekat dan memiliki biaya logistik lebih rendah.

Meskipun demikian, dengan diberlakukannya tarif 0%, peluang untuk memperluas jangkauan ekspor ke AS tetap terbuka. Perlu langkah strategis dari pemerintah dan pelaku industri untuk memanfaatkan peluang ini, termasuk memperbaiki efisiensi logistik dan memperkuat hilirisasi produk.

Dengan peta pasar yang masih didominasi negara-negara Asia, kebijakan tarif 0% dari AS menjadi sinyal positif yang dapat membuka jalan bagi diversifikasi tujuan ekspor. Meski realisasi ekspor ke AS belum terjadi, langkah awal berupa pemantauan pasar dan analisis kelayakan sudah menjadi bagian dari strategi jangka panjang produsen tembaga nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index