JAKARTA - Kemacetan di Kota Bandung semakin menjadi perhatian, mendorong pemerintah untuk melanjutkan proyek infrastruktur penting berupa Jalan Tol Dalam Kota Bandung atau Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR). Proyek ini diharapkan dapat menjadi solusi utama dalam mengurai kemacetan dan memperlancar mobilitas warga. Namun, hingga kini proyek masih dalam tahap studi kelayakan yang menjadi pijakan penting sebelum pembangunan dapat dimulai.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Wilan Oktavian, mengungkapkan bahwa pengembangan Tol Dalam Kota Bandung masih dalam proses persiapan dan studi kelayakan. Meski proyek ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), belum ada kepastian soal waktu pelelangan karena penyelesaian studi tersebut masih ditangani oleh Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur (DJPI) Kementerian Pekerjaan Umum.
Studi Kelayakan Menjadi Kunci Awal Proyek Strategis
Rencana pengembangan Tol Dalam Kota Bandung bukanlah hal baru. Sejak tahun 1996, ide membangun jalan tol di dalam kota Bandung sudah ada untuk mengatasi permasalahan lalu lintas yang kian memburuk. Namun, kendala administratif dan pendanaan sempat membuat proyek ini mangkrak selama beberapa waktu.
Kini, pemerintah kembali menaruh perhatian besar terhadap proyek ini mengingat kemacetan di Bandung makin parah. Berdasarkan laporan TomTom Traffic Index, Bandung menjadi kota termacet di Indonesia, dengan waktu tempuh rata-rata 10 kilometer mencapai lebih dari 30 menit dan tingkat penyumbatan arus lalu lintas mencapai 48 persen.
Nilai investasi proyek ini sangat besar, mencapai Rp7,83 triliun, termasuk pengembangan jalur utama Bandung Intra Urban Toll Road dan North South Link. Jalur tol ini direncanakan akan membentang dari Pasteur hingga Cileunyi, melalui beberapa jalan utama seperti PHH Mustofa dan A.H Nasution, serta bercabang di Ujung Berung menuju Gedebage yang terhubung langsung dengan Tol Padalarang - Cileunyi.
Meski rencana tersebut ambisius, kunci suksesnya proyek ini bergantung pada hasil studi kelayakan yang sedang dilakukan. Studi ini sangat penting untuk memastikan bahwa konstruksi dan pendanaan berjalan sesuai rencana, serta memperkirakan dampak sosial dan lingkungan yang mungkin timbul.
Manfaat dan Tantangan Tol Dalam Kota Bandung
Jika terealisasi, Tol Dalam Kota Bandung diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk menurunkan tingkat kemacetan di kota yang selama ini dikenal dengan tingkat kepadatan lalu lintasnya yang tinggi. Jalan tol ini akan memberikan alternatif rute cepat bagi kendaraan yang melintas di kawasan perkotaan, sehingga dapat mengurangi beban jalan arteri utama.
Namun, pembangunan jalan tol di kawasan padat seperti Bandung tentu menghadirkan tantangan tersendiri, mulai dari pembebasan lahan yang harus melibatkan banyak pihak hingga penyesuaian desain untuk meminimalisir dampak terhadap lingkungan sekitar. Pembebasan lahan proyek ini sendiri bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), menandakan komitmen pemerintah dalam mendukung kelancaran proses pembangunan.
Pemerintah kota Bandung juga telah menargetkan pembangunan dapat dimulai pada 2026, setelah seluruh proses persiapan dan perizinan selesai. Hal ini menunjukkan optimisme pemerintah dalam menyelesaikan berbagai kendala teknis dan administrasi yang selama ini menjadi hambatan.
Melalui pendekatan yang hati-hati dan tahap persiapan yang matang, diharapkan Tol Dalam Kota Bandung bisa segera terwujud dan membawa perubahan signifikan bagi mobilitas warga serta pertumbuhan ekonomi daerah. Sampai saat ini, masyarakat dan pemangku kepentingan masih menunggu perkembangan lebih lanjut terkait proses studi kelayakan dan jadwal pelaksanaan proyek yang akan diumumkan oleh pihak terkait.