Transportasi

Kereta Petani Pedagang KAI Hadirkan Inovasi Transportasi Inklusif

Kereta Petani Pedagang KAI Hadirkan Inovasi Transportasi Inklusif
Kereta Petani Pedagang KAI Hadirkan Inovasi Transportasi Inklusif

JAKARTA - Transformasi layanan transportasi publik di Indonesia terus bergerak maju. Tahun ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menghadirkan terobosan baru berupa Kereta Penumpang Kelas Ekonomi (K3) khusus untuk petani dan pedagang. Kehadiran moda transportasi ini menjadi langkah penting dalam memperkuat aksesibilitas masyarakat kecil terhadap sarana angkutan massal yang murah, efisien, dan berdaya guna.

Inovasi tersebut pertama kali dipaparkan oleh Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, saat rapat dengan Komisi VI DPR RI pada Rabu, 20 Agustus 2025, di Jakarta. Ia menegaskan bahwa program ini selaras dengan semangat Astacita menuju Indonesia Emas 2045, sekaligus bagian dari delapan misi perusahaan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP). Target besar KAI adalah menjadikan kereta api motor penggerak pembangunan nasional yang ramah lingkungan, berdaya saing global, dan membanggakan bangsa.

Menjawab Kebutuhan Petani dan Pedagang

Bagi petani dan pedagang, biaya transportasi menjadi salah satu hambatan terbesar dalam mendistribusikan hasil panen maupun barang dagangan ke kota. Tanpa dukungan sarana yang terjangkau, keuntungan yang diperoleh sering tidak sebanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan. Kondisi ini membuat mereka kesulitan mengakses pasar yang lebih luas.

Data dari Badan Pusat Statistik yang dirilis Kementerian Perhubungan pada awal Agustus 2025 menunjukkan bahwa biaya transportasi di kota besar termasuk salah satu yang tertinggi di Indonesia. Fakta ini menegaskan perlunya kehadiran angkutan publik yang murah dan inklusif. Dalam konteks inilah, gagasan kereta khusus petani dan pedagang menemukan relevansinya.

Sejak Mei 2024, ide ini telah melalui berbagai pembahasan teknis. Prosesnya kemudian diwujudkan dalam bentuk modifikasi sarana, dengan tujuan utama memberikan kemudahan mobilitas, mempercepat distribusi komoditas, dan menekan biaya logistik.

Modifikasi dan Uji Coba Kereta Khusus

Proses modifikasi kereta dilakukan di UPT Balai Yasa Surabaya Gubeng. Fokus desain diarahkan pada penciptaan ruang yang lebih lapang untuk memuat hasil panen atau barang dagangan. Kursi disusun sejajar di sisi kiri dan kanan kereta, sehingga ruang tengah menjadi lebih luas dan memudahkan pergerakan penumpang maupun barang.

Jumlah kursi dikurangi dari 106 menjadi 73 tempat duduk. Lebar pintu bordes diperbesar dari 800 mm menjadi 900 mm, sementara sekat partisi dan bordes dihilangkan untuk memperlancar akses barang. Toilet tetap tersedia satu unit per kereta dan rak bagasi tetap dipertahankan demi kenyamanan penumpang.

Tahap uji coba telah dilaksanakan pada pertengahan Agustus 2025. Uji statis digelar pada 14–15 Agustus di Surabaya Gubeng, kemudian dilanjutkan uji dinamis pada 15 Agustus dengan rute Surabaya Gubeng–Lamongan (pulang-pergi). Selanjutnya, kereta akan melalui pengujian bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub hingga memperoleh sertifikasi kelayakan operasi.

Anne Purba, Vice President Public Relations KAI, menegaskan bahwa kehadiran kereta ini sekaligus menjadi bagian dari perayaan HUT ke-80 PT KAI pada 28 September 2025. “Lahirnya kereta ini juga menjadi bagian dari perayaan HUT ke-80 Kereta Api Indonesia pada 28 September 2025 yang akan datang,” ujarnya, Kamis, 21 Agustus 2025.

Dampak Ekonomi dan Sosial yang Lebih Luas

Peluncuran resmi Kereta Petani-Pedagang dijadwalkan pada 28 September 2025. Kehadirannya diharapkan membawa dampak ganda bagi masyarakat. Pertama, memperkuat rantai pasok pertanian dan perdagangan lokal, sehingga petani bisa menjual hasil panen dengan harga lebih kompetitif di kota. Kedua, mengurangi beban biaya transportasi yang selama ini menjadi kendala utama.

Dampak positif lainnya adalah terbukanya peluang usaha baru di daerah asal petani dan pedagang. Dengan distribusi yang lebih lancar, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) juga akan terdorong tumbuh. Hal ini berpotensi menciptakan efek ganda (multiplier effect) terhadap perekonomian desa.

Selain manfaat ekonomi, kereta khusus ini juga mencerminkan prinsip transportasi yang inklusif. Tidak hanya memfasilitasi mobilitas manusia, tetapi juga memperhatikan kebutuhan kelompok masyarakat yang sering terpinggirkan dalam kebijakan transportasi.

Menuju Transportasi Publik yang Berkeadilan

Inovasi KAI menghadirkan pesan kuat bahwa transportasi publik tidak semata soal modernisasi infrastruktur, melainkan juga soal pemerataan akses. Kereta Petani-Pedagang menjadi contoh nyata bagaimana perusahaan BUMN berupaya menyeimbangkan orientasi bisnis dengan tanggung jawab sosial.

Dengan transportasi yang murah, aman, dan efisien, diharapkan daya saing petani dan pedagang meningkat. Pada akhirnya, kebijakan ini bukan hanya memberikan solusi praktis, tetapi juga menguatkan visi besar Indonesia menuju pembangunan yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan berkeadilan.

Ke depan, KAI akan terus melakukan evaluasi dan melihat respons masyarakat terhadap layanan ini. Apabila terbukti efektif, bukan tidak mungkin model kereta semacam ini akan diperluas ke rute lain, sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih luas.

Itulah ulasan tentang lahirnya Kereta Petani-Pedagang yang segera beroperasi pada akhir September 2025. Lebih dari sekadar moda transportasi baru, kereta ini membawa harapan besar bagi petani, pedagang, dan masyarakat luas yang mendambakan transportasi publik yang inklusif, terjangkau, serta mampu menggerakkan roda ekonomi rakyat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index