Sejarah Tari Manuk Dadali, Gerakan, hingga Keunikannya

Sejarah Tari Manuk Dadali, Gerakan, hingga Keunikannya
sejarah Tari Manuk Dadali

Sejarah Tari Manuk Dadali mencerminkan kekayaan budaya tradisional yang berasal dari wilayah Jawa Barat. 

Tarian ini merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang kerap ditampilkan dalam berbagai kegiatan kebudayaan karena daya tariknya yang kuat dan sifatnya yang menghibur. 

Keberadaan Tari Manuk Dadali menjadi bukti nyata kemampuan generasi bangsa dalam menciptakan karya seni tari yang membanggakan di tanah air.

Tarian ini termasuk dalam jajaran seni gerak tradisional yang berasal dari Jawa Barat dan berakar pada gaya tari Sunda. Ciri khasnya terletak pada penggunaan satu pola gerakan dasar tanpa adanya variasi gerak yang bersifat tetap. 

Meskipun begitu, dalam proses perkembangannya, Tari Manuk Dadali mengalami banyak modifikasi. Namun, perubahan tersebut tidak menghilangkan identitas dan karakter utama dari tarian ini.

Keunikan Tari Manuk Dadali tetap terjaga meskipun telah mengalami berbagai adaptasi. Gaya dan nuansa khasnya tetap menjadi daya tarik utama yang membuat tarian ini terus dipertahankan dan dilestarikan. 

Sejarah Tari Manuk Dadali menjadi cerminan betapa pentingnya menjaga warisan budaya melalui seni pertunjukan yang terus berkembang namun tetap berakar pada tradisi.

Versi Kreasi Tari Manuk Dadali

Tari Manuk Dadali termasuk dalam jajaran seni gerak tradisional yang berasal dari wilayah Jawa Barat. Tarian ini berakar pada teknik dasar tarian Sunda, yang mengandalkan satu pola gerakan utama dan tidak memiliki struktur gerak yang baku.

Secara umum, tarian ini belum menunjukkan kekhasan tertentu, baik dari aspek pakaian maupun riasan, karena masih mengikuti tema dari lagu yang digunakan sebagai pengiring. 

Hal tersebut menjadi alasan munculnya berbagai bentuk pengembangan, salah satunya adalah versi yang dikenal dengan nama Dadali Campeurik.

Versi kreasi Dadali Campeurik hadir dengan sejumlah elemen yang membedakannya dan menjadi daya tarik tersendiri. Perbedaan tersebut terlihat dari variasi gerakan, penamaan, hingga kostum yang digunakan dalam pertunjukan.

Beberapa hal yang menjadi latar belakang munculnya versi Campeurik antara lain sebagai berikut

  • Gerakan yang digunakan belum memiliki struktur tetap karena hanya mengacu pada gaya tari Sunda
  • Pola gerak yang digunakan hanya satu jenis pijakan
  • Penyebaran tarian ini masih terbatas dan hanya dikenal di kalangan masyarakat Jawa Barat
  • Belum memiliki identitas kostum yang khas seperti halnya tarian kupu kupu atau merak

Nama Dadali Campeurik sendiri belum menunjukkan keunikan tersendiri karena diambil langsung dari judul lagu yang mengiringi pertunjukan, dan belum memiliki standar gerakan yang jelas sebagai acuan dalam pelaksanaannya.

Sejarah Tari Manuk Dadali dan Perkembangannya

Setelah mengenal berbagai bentuk pengembangan dari tarian ini, penting juga untuk memahami sejarah Tari Manuk Dadali sebagai bagian dari warisan budaya yang memiliki nilai luhur. 

Tarian ini diperkirakan mulai dikenal pada tahun 1972, bertepatan dengan masa ketika lagu berbahasa Sunda sedang digemari oleh masyarakat luas.

Lagu yang menjadi latar utama tarian ini merupakan karya seorang seniman sekaligus jurnalis bernama Sambas Mangundikarta, yang berasal dari Bandung. 

Kepopuleran lagu tersebut begitu besar hingga berhasil menempati posisi teratas dalam daftar lagu yang diputar di radio RRI Bandung, sebuah pencapaian yang sangat bergengsi pada masa itu. 

RRI Bandung dikenal sebagai pusat musik nasional, sehingga keberhasilan lagu ini menembus tangga lagu di sana menjadi bukti kuat akan daya tariknya di tengah masyarakat.

Isi lagu tersebut menggambarkan seekor burung bernama Manuk Dadali yang digambarkan sebagai makhluk kuat dan berwibawa, menjadi simbol semangat dan kebanggaan terhadap negara Indonesia. 

Seiring waktu, lagu ini mulai digunakan sebagai pengiring dalam pertunjukan tari, di mana gerakan para penari menggambarkan isi dan semangat dari lirik lagu tersebut.

Gerakan dalam tarian ini dirancang dengan dinamis dan penuh semangat, mencerminkan rasa cinta tanah air yang mendalam dari para penarinya. Hal ini turut memperkuat popularitas lagu Manuk Dadali di kalangan masyarakat.

Makna yang terkandung dalam tarian ini sangat erat kaitannya dengan semangat nasionalisme dan kebanggaan terhadap asal usul bangsa. 

Oleh karena itu, tarian ini sering dijadikan sebagai sarana edukatif bagi anak anak, terutama karena gerakannya yang sederhana dan mudah diikuti.

Dengan pendekatan yang menyenangkan, anak anak dapat memahami nilai nilai yang terkandung dalam tarian ini, sekaligus memperoleh manfaat lain seperti pengembangan motorik, kemampuan berkomunikasi, pembentukan karakter sosial, serta pemahaman budaya.

Sebagian kalangan bahkan menilai bahwa tarian ini memiliki peran penting dalam mengajak masyarakat untuk terus mengamalkan nilai nilai Pancasila, sebagaimana burung Manuk Dadali yang menjadi lambang semangat kebangsaan.

Melihat perkembangan zaman yang semakin pesat, pelestarian tarian tradisional ini menjadi hal yang sangat penting. 

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengenalkan dan mengajarkan Tari Manuk Dadali kepada generasi muda sejak dini, agar nilai nilai budaya tetap hidup dan diwariskan dengan baik.

Ragam Pola Lantai Tari Manuk Dadali

Pada dasarnya, jumlah penari dalam pertunjukan tari Manuk Dadali tidak ditentukan secara pasti karena tarian ini bisa dibawakan oleh banyak orang sekaligus atau dalam bentuk kelompok. 

Meski demikian, berdasarkan jumlah penarinya, tarian ini dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk. Berikut penjelasannya.

Tarian individu 

Karena gerakan dalam tari Manuk Dadali tergolong mudah, maka tarian ini bisa dibawakan oleh satu orang saja. Penari tunggal dapat menampilkan gerakan dengan bebas dan lincah, tanpa perlu menyesuaikan diri dengan penari lain.

Tarian berdua 

Tarian ini juga bisa ditampilkan oleh dua orang, baik pasangan perempuan dengan perempuan, laki-laki dengan laki-laki, maupun campuran. 

Biasanya, bentuk berpasangan ini dilakukan oleh penari yang mampu menyelaraskan gerakan satu sama lain secara harmonis dan kompak.

Tarian kelompok 

Tari Manuk Dadali juga bisa dibawakan oleh lebih dari lima orang secara bersama-sama. Jika ditampilkan dalam format kelompok, maka seluruh penari harus bergerak secara serempak dan selaras agar keseluruhan pertunjukan terlihat padu dan menarik. 

Keserasian gerakan antar penari menjadi kunci agar penampilan mampu memikat perhatian penonton dan memberikan kesan yang memuaskan.

Ragam Gerakan Tari Manuk Dadali

Walaupun jumlah penari dalam tari Manuk Dadali dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, pola geraknya tetap sama dan tidak berubah berdasarkan banyaknya penari. Berikut adalah ragam gerakan yang biasa ditampilkan dalam tarian ini.

Kuda-kuda

Gerakan pertama yang umum diperagakan adalah posisi berdiri dengan lutut sedikit menekuk. Sikap ini menggambarkan kekuatan dan keberanian, menyerupai sosok burung Garuda. 

Biasanya, posisi ini disertai dengan ayunan lengan yang dilakukan secara berulang oleh penari.

Jinjit 

Gerakan berikutnya adalah berjalan dengan ujung kaki. Setelah posisi kuda-kuda, penari akan melangkah maju dan mundur dengan posisi kaki berjinjit. 

Gerakan ini diiringi dengan gerakan pinggang serta lengan yang bergerak ke kanan dan ke kiri secara bergantian.

Jalan 

Gerakan ketiga adalah berjalan secara ritmis ke arah depan maupun belakang. Dalam variasinya, penari akan mengubah arah gerak sambil tetap mempertahankan ayunan lengan yang menjadi ciri khas dari tarian ini.

Lompat 

Tarian ini juga menampilkan sisi ceria dari para penarinya melalui gerakan melompat. Penari akan melompat secara bergantian dari sisi kanan ke kiri dengan lengan yang digerakkan secara dinamis, menciptakan kesan energik dan penuh semangat.

Gerak kaki 

Setelah gerakan melompat, penari akan melakukan gerakan di tempat dengan mengayunkan kaki ke depan dan belakang secara bergantian. 

Gerakan ini biasanya diiringi dengan arah pandangan mata yang mengikuti gerakan kaki, sehingga ekspresi penari tampak lebih hidup dan menarik.

Sembada 

Gerakan terakhir yang ditampilkan sebagai penutup pertunjukan adalah sembada. Dalam gerakan ini, penari akan melipat kedua tangan dan meletakkannya di dada. 

Posisi kaki kembali ke bentuk kuda-kuda, sementara kepala digerakkan ke kanan dan kiri mengikuti irama musik yang mengiringi.

Jenis Pola Lantai Tari Manuk Dadali

Berbeda dari kebanyakan tarian tradisional lainnya, tari Manuk Dadali memiliki karakter yang sederhana dengan hanya enam jenis gerakan utama. 

Karena kesederhanaan ini, tarian tersebut mudah dipelajari dan diingat oleh berbagai kalangan, baik orang dewasa maupun anak-anak.

Walaupun gerakannya tidak rumit, penari tetap harus mengikuti pola lantai yang telah ditentukan. Tujuan dari penggunaan pola lantai ini adalah agar saat ditampilkan secara berkelompok, gerakan para penari tampak selaras dan tidak saling berbenturan.

Secara umum, pola lantai dalam tari Manuk Dadali diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk utama, yaitu pola lurus, pola melengkung, dan pola zig-zag. 

Dengan adanya pola lantai ini, arah gerakan penari selama pertunjukan menjadi lebih tertata dan menarik untuk disaksikan.

Jika diperhatikan lebih dalam, gerakan dalam tarian ini bersifat aktif dan bervariasi, sehingga memungkinkan pola lantai yang digunakan menjadi lebih fleksibel. 

Baik itu pola lurus, melengkung, maupun zig-zag, semuanya disesuaikan dengan jumlah penari yang terlibat serta ukuran panggung tempat pertunjukan berlangsung.

Ketika tarian dibawakan oleh satu orang saja, pola lantai yang digunakan biasanya berbentuk lurus, baik dengan tetap berada di satu titik maupun berpindah ke titik lain. 

Sebaliknya, jika tarian ditampilkan oleh sekelompok penari, maka susunan posisi mereka akan lebih beragam dan disesuaikan dengan intensitas gerakan yang ingin ditonjolkan dalam pertunjukan.

Keunikan dan Fakta Menarik Tari Manuk Dadali

Walaupun pada bagian awal telah dijelaskan bahwa tari Manuk Dadali belum menunjukkan ciri khas tertentu, terutama saat pertama kali diperkenalkan, terdapat sejumlah aspek yang membuat tarian ini berbeda dari bentuk tari tradisional lainnya.

Awalnya, tarian ini dianggap belum memiliki keistimewaan karena belum terdapat pedoman baku mengenai pola gerak, busana, maupun elemen pendukung lainnya. 

Namun, seiring waktu dan perkembangan yang terjadi, keunikan dari tari Manuk Dadali mulai terbentuk secara alami.

Salah satu hal yang membedakan tarian ini adalah penggunaan lagu pengiring yang tetap dan tidak bisa diganti, yaitu lagu Manuk Dadali. 

Lagu tersebut menjadi sumber inspirasi sekaligus latar belakang lahirnya tarian ini, sehingga tidak dapat dipisahkan dari pertunjukannya.

Selain itu, tarian ini juga menyampaikan pesan moral yang berkaitan dengan nilai nilai budaya luhur, terutama yang tercermin dalam Pancasila. Nilai tersebut tergambar melalui gerakan gerakan yang dibawakan oleh para penari.

Tarian ini juga menampilkan gaya gerak khas masyarakat Sunda yang memiliki keindahan tersendiri. Iringan musik yang digunakan pun berasal dari alat musik tradisional khas Sunda, seperti angklung, yang tidak ditemukan di wilayah lain.

Fungsi Tari Manuk Dadali

Edukasi 

Karena memiliki makna filosofis di dalamnya, khususnya mengenai nasionalisme dan nilai edukasi yang berkaitan dengan burung Garuda yang menjadi lambang negara Indonesia, tari ini tentu saja memberikan nilai edukasi atau pendidikan bagi generasi bangsa, khususnya nilai untuk menanamkan cinta pada tanah air sejak dini.

Hiburan 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tari Manuk Dadali memiliki pola gerakan yang lincah maupun riang, sehingga membuatnya menjadi hiburan bagi penonton. 

Karena fungsinya sebagai hiburan juga lah, tari ini seringkali dipentaskan pada acara festival, hajatan maupun acara resmi dan menjadi salah satu daya tarik wisata.

Sosial keagamaan 

Pada praktiknya, penampilan dari tari ini banyak melibatkan beberapa pihak serta ditampilkan pada momen keagamaan tertentu. 

Jadi, apabila ditelaah lagi, maka tari Manuk Dadali memiliki fungsi sebagai alat pengerat hubungan sosial di antara masyarakat Sunda atau Indonesia yang masih melestarikan tarian ini. 

Selain itu, tari asal Sunda ini juga menjadi sarana untuk melengkapi sekaligus menyalurkan nilai-nilai keagamaan yang ada pada tarian ini.

Melestarikan budaya 

Fungsi terakhir dari tari Manuk Dadali adalah sebagai pelestarian budaya. Tidak hanya lagu Manuk Dadali yang menjadi lagu nasional dan memiliki nilai-nilai nasionalis, tariannya juga menjadi salah satu bagian dari budaya masyarakat Sunda yang perlu dilestarikan. 

Selain itu, iringan musik alat-alat musik tradisional pun menjadi lestari dengan penampilan dan pementasan tari Manuk Dadali.

Sebagai penutup, sejarah Tari Manuk Dadali mencerminkan semangat budaya Sunda yang terus hidup, menjadi simbol cinta tanah air dan warisan luhur yang tak lekang oleh waktu.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index