BCA

Harga Saham BBCA Melorot, Bagaimana Prospek Kedepannya?

Harga Saham BBCA Melorot, Bagaimana Prospek Kedepannya?
Harga Saham BBCA Melorot, Bagaimana Prospek Kedepannya?

JAKARTA – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yang dikenal luas sebagai BCA, mengalami penurunan harga hingga kembali ke level Rp 8.000-an. Pada perdagangan 24 Februari 2025, harga saham BBCA mencatat penurunan sebesar 0,83% dan ditutup pada posisi Rp 8.925 per lembar. Volume perdagangan tercatat sebanyak 108,53 juta saham dengan frekuensi sebanyak 28.407 kali, dan nilai transaksi mencapai Rp 967,66 miliar.

Dalam rentang tiga bulan terakhir, saham BBCA telah mengalami penurunan signifikan sebesar 12,29%. Penurunan ini turut dipengaruhi oleh aksi jual bersih oleh investor asing yang mencapai Rp 242 miliar. Total nilai transaksi jual saham BBCA mencapai Rp 799 miliar.

Meskipun terjadi penurunan harga saham, dari sisi fundamental, BCA masih dianggap sebagai salah satu bank terkuat di Indonesia. Namun, pasar diharapkan dapat menyesuaikan ekspektasi terhadap prospek pertumbuhan yang dinilai kurang agresif dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam laporannya, Sucor Sekuritas menyatakan bahwa target harga untuk saham BBCA telah direvisi turun menjadi Rp 11.500, meskipun demikian, rekomendasi beli tetap diberikan.

BCA mematok target pertumbuhan kredit tahun ini dengan pendekatan yang lebih moderat. Perusahaan memproyeksikan pertumbuhan kredit sebesar 6-8% secara tahunan (year on year/yoy), yang berada di bawah target Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 9-11% (yoy) dan Bank Indonesia (BI) sebesar 11-13% (yoy). Ini merupakan penurunan dibandingkan realisasi tahun lalu, di mana pertumbuhan kredit mencapai 13,8% (yoy) dengan total Rp 922 triliun. Kondisi pasar seperti tantangan likuiditas dan suku bunga menjadi alasan utama di balik proyeksi yang lebih moderat ini.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menegaskan pihaknya tetap optimistis terhadap kinerja BCA pada tahun 2025, meski harus lebih berhati-hati mengingat tantangan ke depan. "Kami optimis, sangat optimis, tapi tentu optimis yang terarah. Kami harus terus memperhatikan keadaan sekeliling kita: bagaimana daya beli masyarakat, bagaimana keadaan likuiditas, bagaimana suku bunga yang memang terjangkau oleh para nasabah," terang Jahja dalam konferensi pers BCA Expoversary 2025 di ICE BSD, Tangerang.

Di tengah kinerja saham yang bergejolak, BCA juga merencanakan perubahan dalam jajaran direksi. Situs perseroan mengumumkan bahwa Direktur Utama saat ini, Jahja Setiaatmadja, akan diajukan sebagai Komisaris Utama. Posisi Direktur Utama diusulkan untuk diisi oleh Wakil Direktur Utama, Gregory Hendra Lembong. Selain itu, Direktur BBCA John Kosasih diusulkan untuk menjadi Wakil Direktur Utama yang baru.

Perubahan juga berlaku untuk posisi di jajaran manajemen, dengan pengusulan Hendra Tanumihardja sebagai anggota direksi baru. Saat ini, Hendra menjabat sebagai Kepala Divisi Pengembangan Solusi Kerjasama Transaksi Perbankan di BBCA sejak September 2022.

Langkah perubahan direksi ini ditanggapi positif oleh beberapa analis pasar. Menurut ulasan Stockbit Sekuritas, restrukturisasi kepemimpinan BCA diharapkan dapat membawa angin segar dan meningkatkan strategi bisnis perusahaan ke depannya. "Pergantian ini adalah langkah strategis untuk membawa BCA menjadi lebih adaptif dengan perubahan dinamika pasar," ungkap seorang analis dari Stockbit Sekuritas.

Terlepas dari tantangan saat ini, BCA tetap menjadi pilihan banyak investor domestik dan internasional dikarenakan kuatnya fundamental dan potensi strategis perusahaan. Kehati-hatian dalam merespons perubahan kondisi pasar dan manajemen risiko yang baik menjadi faktor kunci bagi BCA untuk melalui tantangan ekonomi di tahun 2025 ini.

Dengan berbagai langkah tersebut, BCA menunjukkan komitmennya untuk terus berinovasi dan mempertahankan posisinya sebagai salah satu bank terkemuka di Indonesia. Dengan dukungan manajemen yang kuat dan strategi pengelolaan yang adaptif, BCA tetap optimis menghadapi prospek tahun 2025 yang lebih menantang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index