Batubara

Indo Tambangraya (ITMG) Targetkan Peningkatan Produksi dan Penjualan Batubara pada 2025

Indo Tambangraya (ITMG) Targetkan Peningkatan Produksi dan Penjualan Batubara pada 2025
Indo Tambangraya (ITMG) Targetkan Peningkatan Produksi dan Penjualan Batubara pada 2025

JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), salah satu pemain utama dalam industri batubara Indonesia, mengumumkan strategi ambisiusnya untuk meningkatkan produksi dan penjualan batubara pada tahun 2025. Target tersebut mencakup produksi sebesar 20,8 juta ton hingga 21,9 juta ton dan penjualan sebanyak 26,3 juta ton hingga 27,4 juta ton.

Strategi ini menandai peningkatan signifikan dalam operasional ITMG, dengan target produksi tumbuh sekitar 2,97% hingga 8,41% secara tahunan (year on year/yoy) dan penjualan naik antara 9,58% hingga 14,16% (yoy).

Untuk tahun 2024, ITMG melaporkan peningkatan volume produksi hingga 19,52% (yoy) menjadi 20,2 juta ton dan volume penjualan naik 14,83% (yoy) mencapai 24 juta ton. Diversifikasi pasar menjadi faktor penunjang utama dengan kontribusi penjualan terdiri dari 38% ke China, 23% ke Indonesia, 18% ke Jepang, serta 5% masing-masing ke Filipina dan India. Selebihnya disalurkan ke berbagai negara di kawasan Asia Pasifik.

Direktur Indo Tambangraya Megah, Yulius Kurniawan Gozali menyatakan optimisme terhadap pertumbuhan perusahaan yang didukung oleh pembukaan dua tambang baru pada tahun 2024, yakni PT Graha Panca Karsa (GPK) dan PT Tepian Indah Sukses (TIS). Selain itu, ITMG juga menargetkan produksi batubara dari PT Nusa Persada Resources (NPR) mulai semester II-2025. "Melihat tren volume produksi dan penjualan yang lebih tinggi, kami berharap performa pada 2025 bisa lebih kinclong dibandingkan 2024," ungkap Yulius dalam acara yang digelar pada Senin (3/3).

Dalam hal penjualan batubara, Yulius menjelaskan bahwa hingga saat ini sekitar 14% dari target volume penjualan pada 2025 sudah terkontrak dengan harga tetap, sementara 53% memiliki komitmen jual-beli, dan sisanya 32% masih belum terjual.

Tidak berhenti di sektor batubara, ITMG juga membidik diversifikasi ke segmen Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dan mineral. Ekspansi ini termasuk investasi di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). "Mineral adalah salah satu bisnis baru yang sedang kami targetkan. Itu yang sedang kami coba pelajari," imbuh Yulius, dengan menyebutkan minat ITMG pada komoditas seperti nikel, bauksit, tembaga, dan aluminium yang terkait dengan ekosistem kendaraan listrik.

Dalam mendukung rencana ekspansi ini, ITMG telah mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar US$ 65 juta yang akan dibiayai dari kas internal. Dana ini akan diarahkan ke berbagai proyek, termasuk ekspansi kapasitas Pelabuhan Bunyut, pengembangan infrastruktur tambang, dan pembelian alat baru. Anggaran capex ini lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar US$ 58 juta.

Di sisi kinerja keuangan, meskipun menghadapi tantangan dengan penurunan pendapatan dan laba, ITMG tetap optimistis. Dengan pendapatan bersih yang menurun 2,95% (yoy) menjadi US$ 2,30 miliar pada 2024, dan laba bersih turun 25,22% (yoy) ke US$ 374,11 juta, perusahaan berfokus pada optimalisasi strategi pasar dan efisiensi operasional. Tantangan utama datang dari penurunan harga jual rata-rata batubara sebesar 15,93% (yoy), dari US$ 113 menjadi US$ 95 per ton.

Dari segi saham, ITMG menunjukkan sedikit kenaikan 1,37% ke level Rp 24.025 per saham, meskipun secara tahun berjalan mengalami pelemahan 10,02%.

Keseluruhan strategi ITMG ini, baik dalam peningkatan produksi dan penjualan maupun diversifikasinya ke energi baru, mencerminkan langkah proaktif dalam menghadapi dinamika pasar batubara global. Dengan memanfaatkan potensi pasar Asia Pasifik, memanfaatkan sumber daya baru, dan investasi strategis di energi terbarukan, ITMG siap menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index