Sri Mulyani

Sri Mulyani dan Menkeu China Bahas Penguatan Diplomasi Ekonomi dan Respons atas Tarif Perdagangan AS

Sri Mulyani dan Menkeu China Bahas Penguatan Diplomasi Ekonomi dan Respons atas Tarif Perdagangan AS
Sri Mulyani dan Menkeu China Bahas Penguatan Diplomasi Ekonomi dan Respons atas Tarif Perdagangan AS

JAKARTA - Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), H.E. Lan Fo’an, di sela rangkaian pertemuan ASEAN+3 yang digelar di Milan, Italia. Pertemuan ini tidak hanya membahas kerja sama strategis antar kedua negara, tetapi juga menyoroti isu hangat seputar kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Pertemuan bilateral antara kedua menteri keuangan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat hubungan diplomatik dan ekonomi antara Indonesia dan China, terutama menjelang peringatan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara.

“Kami sepakat akan bertemu kembali di Milan untuk melanjutkan berbagai pembahasan, sekaligus memperingati hubungan diplomatik antara RRT dengan Indonesia ke-75 tahun,” ujar Sri Mulyani.

Lanjutan dari Pertemuan Sebelumnya di Washington D.C.

Menurut Sri Mulyani, pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari diskusi sebelumnya yang telah dilakukan di Washington D.C., saat keduanya menghadiri rangkaian pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

“Sebelumnya, kami memang sempat bertemu di Washington D.C. untuk menghadiri rangkaian @the_imf - @worldbank Spring Meetings,” jelasnya.

Dalam pembicaraan tersebut, kedua menteri keuangan membahas berbagai topik penting, termasuk dinamika perekonomian global, kerja sama bilateral, serta tantangan perdagangan internasional yang kian kompleks.

Respons Indonesia terhadap Kebijakan Tarif AS

Salah satu isu utama yang turut dibahas dalam pertemuan ini adalah strategi Indonesia dalam merespons kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat, khususnya terhadap produk-produk ekspor dari kawasan Asia.

Sri Mulyani menyampaikan bahwa Indonesia telah menyiapkan sejumlah opsi dan tawaran kerja sama ekonomi sebagai respons terhadap kebijakan perdagangan yang diterapkan Presiden Donald Trump, termasuk negosiasi yang melibatkan negara mitra utama seperti China.

“Dalam pertemuan itu saya juga menceritakan tawaran kerja sama yang diberikan pemerintah Indonesia terhadap tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump,” ungkap Sri Mulyani.

Langkah ini mencerminkan pendekatan diplomasi ekonomi Indonesia yang aktif, dengan mengedepankan kerja sama strategis dan dialog terbuka untuk mengurangi potensi eskalasi tensi dagang global.

Mendorong Kerja Sama Multilateral dan Kawasan

Pertemuan ini juga menjadi bagian dari agenda yang lebih luas dalam pertemuan ASEAN+3, yang melibatkan negara-negara anggota ASEAN bersama China, Jepang, dan Korea Selatan. Fokus pertemuan regional ini antara lain adalah memperkuat stabilitas keuangan kawasan, meningkatkan sinergi fiskal, serta membangun sistem ekonomi yang lebih tangguh terhadap tekanan eksternal.

Dalam konteks ini, kerja sama antara Indonesia dan China dinilai penting sebagai dua kekuatan ekonomi utama di kawasan Asia. Pemerintah Indonesia berharap sinergi ini dapat mendorong stabilitas perdagangan regional dan memperkuat posisi ASEAN dalam peta ekonomi global.

Hubungan Diplomatik Indonesia-Tiongkok Memasuki Usia 75 Tahun

Sri Mulyani juga menekankan bahwa pertemuan ini menjadi simbol penting dari kemitraan jangka panjang antara Indonesia dan Tiongkok. Tahun 2025 menandai 75 tahun terjalinnya hubungan diplomatik kedua negara, sebuah capaian yang disebut Sri Mulyani sebagai tonggak penting dalam sejarah hubungan bilateral.

“Pertemuan ini juga untuk memperingati hubungan diplomatik antara RRT dengan Indonesia ke-75 tahun,” tulisnya.

Selama beberapa dekade, kerja sama ekonomi Indonesia dan China terus berkembang pesat, mencakup bidang perdagangan, investasi, infrastruktur, teknologi, hingga pendidikan.

Sinergi Diplomasi Ekonomi sebagai Strategi Hadapi Ketidakpastian Global

Dengan tensi geopolitik yang terus berkembang, termasuk dampak dari kebijakan tarif AS dan perubahan lanskap perdagangan internasional, Sri Mulyani menegaskan pentingnya diplomasi ekonomi sebagai alat utama untuk menjaga stabilitas nasional.

Langkah Indonesia dalam memperkuat dialog dengan China menjadi bagian dari strategi yang lebih luas untuk memastikan bahwa kepentingan ekonomi Indonesia tetap terlindungi dan mendapatkan manfaat maksimal dari kerja sama regional maupun global.

Pertemuan antara Sri Mulyani dan Menteri Keuangan China di Milan menunjukkan keseriusan kedua negara dalam membangun kerja sama jangka panjang yang tidak hanya berfokus pada perdagangan, tetapi juga pada stabilitas dan pembangunan berkelanjutan kawasan Asia. Dengan negosiasi terbuka dan komunikasi intensif, Indonesia terus memainkan peran strategis di tengah dinamika perekonomian global yang semakin kompleks.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index