Bursa

Bursa Asia Dibuka Bervariasi, Perang Dagang dan Valuta Regional Jadi Sorotan Investor

Bursa Asia Dibuka Bervariasi, Perang Dagang dan Valuta Regional Jadi Sorotan Investor
Bursa Asia Dibuka Bervariasi, Perang Dagang dan Valuta Regional Jadi Sorotan Investor

JAKARTA - Bursa saham Asia bersiap dibuka bervariasi pada perdagangan hari ini, Selasa, 6 Mei 2025, seiring meningkatnya fokus investor terhadap pergerakan valuta regional di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan perdagangan Amerika Serikat. Gejolak terbaru datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kembali mengguncang pasar global, melemahkan dolar AS, dan meningkatkan volatilitas mata uang di Asia.

Sinyal pasar menunjukkan bahwa indeks saham berjangka Sydney mengalami tekanan, sementara indeks-indeks berjangka utama AS bergerak mendatar di awal sesi. Sementara itu, bursa saham Jepang masih tutup, dan pasar saham Tiongkok baru dibuka kembali setelah libur panjang, di tengah kewaspadaan pelaku pasar terhadap tensi geopolitik dan dampak perang tarif.

Dolar AS mengalami pelemahan lanjutan terhadap sebagian besar mata uang utama dunia. Faktor utamanya adalah spekulasi tentang potensi tercapainya kesepakatan perdagangan global yang mendorong lonjakan luar biasa pada dolar Taiwan dan berdampak luas pada pasar valuta asing internasional.

Menurut Leah Traub, manajer portofolio sekaligus kepala tim mata uang di perusahaan investasi Lord Abbett & Co., ketahanan bank sentral di beberapa negara Asia masih sangat kuat untuk mengintervensi jika dibutuhkan. “Saya akan berhati-hati untuk tidak terlalu bergantung pada apresiasi ini karena bank-bank sentral di Taiwan, Malaysia, dan khususnya Hong Kong memiliki kemampuan yang signifikan untuk membeli dolar jika mereka membutuhkannya,” ujarnya.

Hong Kong tercatat menggelontorkan dana dalam jumlah besar untuk mempertahankan nilai tukar dolarnya. Yen Jepang pun menunjukkan penguatan sebesar 0,9% pada awal pekan ini, menjadi mata uang G10 dengan kinerja terbaik. Sementara euro berhasil menembus level 1,13 terhadap dolar AS.

Wall Street Berbalik Arah, Saham Teknologi Tertekan

Sementara itu, Wall Street mengalami jeda dalam reli terpanjangnya selama dua dekade, dengan indeks S&P 500 mencatat koreksi usai serangkaian penguatan sebelumnya. Data terbaru dari sektor jasa menunjukkan adanya pertumbuhan di AS, namun kekhawatiran atas kelanjutan perang dagang mengimbangi sentimen positif tersebut.

Presiden Trump kembali memanaskan suasana dengan mengumumkan rencana pengenaan tarif 100% terhadap film-film produksi luar negeri. Langkah ini langsung berdampak negatif terhadap saham-saham sektor hiburan. Saham Netflix Inc dan Warner Bros Discovery Inc masing-masing turun sekitar 2% karena sentimen investor memburuk.

Langkah Trump tersebut mengikis harapan akan terjadinya deeskalasi dalam perang dagang. Para investor yang sebelumnya berharap akan adanya kesepakatan dagang dalam waktu dekat harus kembali mempertimbangkan potensi risiko baru, termasuk tarif tambahan di sektor-sektor strategis lainnya.

Sektor Otomotif dan Teknologi Hadapi Tekanan

Ford Motor Co menjadi sorotan setelah secara tiba-tiba menarik laporan keuangannya dan memperingatkan bahwa tarif otomotif akan berdampak signifikan terhadap proyeksi laba mereka. Tak hanya itu, perusahaan teknologi Palantir Technologies Inc juga melaporkan prospek penjualan yang tidak sesuai dengan ekspektasi Wall Street.

Situasi ini menunjukkan bahwa ketidakpastian kebijakan tarif memberikan tekanan langsung terhadap sejumlah sektor utama, terutama otomotif dan teknologi. Gangguan pada rantai pasok global diprediksi dapat menurunkan kinerja perusahaan dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah.

Harga Emas dan Minyak Menunjukkan Arah Berlawanan

Di sektor komoditas, harga minyak stabil setelah merosot akibat keputusan OPEC+ yang menyetujui peningkatan produksi global. Sementara itu, emas melonjak hingga 2,9% pada perdagangan Senin kemarin, dipicu oleh aksi beli aset safe haven yang meningkat di tengah ketidakpastian pasar.

Para investor kini mulai beralih ke emas dan aset lindung nilai lainnya sebagai bentuk perlindungan terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi dan lonjakan inflasi.

Fokus Beralih ke Keputusan Federal Reserve

Fokus pasar dalam beberapa hari ke depan akan tertuju pada keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan pada Rabu. Para pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan mempertahankan sikap hati-hati di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.

Setelah sebelumnya banyak yang mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter akibat eskalasi perang dagang, tren saat ini menunjukkan bahwa para pedagang mulai mengurangi ekspektasi terhadap penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun naik untuk ketiga kalinya secara berturut-turut—sebuah indikasi bahwa pasar mulai menyesuaikan ekspektasi mereka.

“Ketidakpastian merajalela di tengah perang dagang dan lanskap tarif yang terus berubah, tetapi dengan data yang kuat tentang belanja konsumen dan lapangan kerja yang masih bertahan, The Fed akan tetap berpijak di pinggir lapangan,” kata Greg McBride, analis ekonomi di Bankrate.

Sementara itu, Racquel Oden dari HSBC mencatat bahwa banyak pelaku pasar kini berada dalam posisi menunggu dan melihat arah kebijakan selanjutnya. “Jelas, ini benar-benar ketidakpastian dan volatilitas dan begitulah yang dirasakan para klien secara global, domestik. Dan sebagai bagian dari itu, mereka mencoba mencari tahu: Apakah ada peluang di pasar ini?” ujarnya dalam sebuah diskusi pasar terbaru.

Dengan ketidakpastian yang masih membayangi dan tekanan dari berbagai sisi, pelaku pasar di Asia dan global perlu bersiap menghadapi fluktuasi jangka pendek yang kemungkinan akan terus berlangsung hingga arah kebijakan lebih jelas terlihat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index