JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ada realisasi investasi di sektor energi dan sumber daya mineral dari Bill Gates, pendiri Microsoft sekaligus tokoh utama di balik Gates Foundation. Hal ini disampaikan Bahlil usai menghadiri acara di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat.
“Sampai dengan hari ini yang terealisasi belum, tapi proposalnya sudah sempat dibicarakan,” ujar Bahlil kepada wartawan.
Pernyataan ini mengklarifikasi perkembangan pasca kunjungan Bill Gates ke Indonesia, yang sebelumnya sempat memunculkan ekspektasi besar terhadap potensi kolaborasi investasi, termasuk di sektor energi baru dan terbarukan. Bahlil menegaskan bahwa dalam dunia investasi, proses tidak bisa instan, dan harus melalui tahapan perencanaan yang matang serta struktur yang jelas.
“Saya tetap berpikir positif. Dalam investasi itu tidak bisa tergesa-gesa. Harus ada konsep yang dibangun dengan terstruktur dan benar. Saya menghargai niat baik beliau bertemu Presiden Prabowo,” imbuhnya.
Janji Bantuan dan Potensi Kolaborasi Strategis
Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto telah mengumumkan komitmen bantuan dari Gates Foundation sebesar US$159 juta atau sekitar Rp2,6 triliun untuk berbagai sektor di Indonesia. Dari jumlah tersebut, porsi terbesar, yakni US$119 juta (sekitar Rp1,9 triliun), dialokasikan untuk bidang kesehatan. Sementara sisanya diperuntukkan bagi sektor pertanian (US$5 juta), teknologi (US$5 juta), dan bantuan sosial lainnya (US$28 juta).
Namun, tidak disebutkan secara eksplisit apakah terdapat rencana investasi konkret di sektor energi dan sumber daya mineral dalam paket tersebut.
Fokus Kolaborasi di Bidang Kesehatan
Meskipun belum ada realisasi investasi di sektor ESDM, kerja sama dengan Gates Foundation telah lebih dahulu bergerak di sektor kesehatan, terutama dalam riset dan pengembangan vaksin tuberkulosis (TBC). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara uji coba vaksin TBC hasil pengembangan Gates Foundation.
“Kita bisa mendapatkan akses terhadap teknologi vaksin ini karena ilmuwan-ilmuwan kita kan dilibatkan. Ini kerja sama dengan Unpad dan Universitas Indonesia,” ujar Budi saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (8/5/2025).
Uji coba vaksin tersebut telah memasuki tahap clinical trial level 3 atau uji klinis tahap akhir, dan Indonesia menjadi salah satu lokasi penting karena tingginya kasus TBC di dalam negeri. Kolaborasi ini dipandang strategis untuk mempercepat pengembangan solusi kesehatan global dengan melibatkan institusi akademik lokal.
Budi menambahkan bahwa Gates Foundation telah membiayai pengembangan vaksin TBC di berbagai negara berkembang, khususnya di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin, sehingga partisipasi Indonesia dalam proyek ini diharapkan memberi dampak ilmiah dan kesehatan yang luas.
Harapan Terhadap Investasi Energi Masa Depan
Sektor ESDM sendiri menjadi salah satu fokus utama pemerintahan Prabowo, terutama dalam mendorong transisi energi bersih dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Pemerintah juga tengah gencar menarik investasi global untuk mendukung pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik dan pemanfaatan cadangan nikel nasional, yang diketahui mencapai 43 persen cadangan dunia.
Menteri Bahlil sebelumnya juga menyebut bahwa Indonesia harus tampil percaya diri di hadapan negara-negara maju, khususnya Eropa, dalam menyuarakan kepentingannya sebagai negara dengan sumber daya strategis global.
Kendati belum ada realisasi investasi dari Bill Gates di sektor ini, pemerintah tetap membuka pintu selebar-lebarnya untuk kolaborasi berbasis teknologi ramah lingkungan dan energi berkelanjutan.
Proses Investasi Butuh Waktu
Pernyataan Bahlil menjadi penegasan bahwa meski pertemuan dan proposal telah berlangsung, realisasi investasi membutuhkan proses. Ia berharap bahwa ke depan, pembahasan antara pemerintah Indonesia dan Gates Foundation dapat berkembang menjadi kerja sama konkret yang bermanfaat luas bagi masyarakat, tidak hanya dalam bidang kesehatan, tetapi juga energi dan teknologi.
“Yang penting ada niat baik dan diskusi sudah dimulai. Tinggal kita kawal agar bisa menjadi nyata dan bermanfaat bagi rakyat,” tutup Bahlil.
Dengan Indonesia yang tengah memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam rantai pasok global energi bersih, keterlibatan lembaga filantropi dan teknologi seperti Gates Foundation bisa menjadi katalis penting menuju masa depan yang berkelanjutan.