Sawit

Harga TBS Sawit Sumatera Selatan Periode II Oktober 2025 Naik, Petani Mulai Optimistis

Harga TBS Sawit Sumatera Selatan Periode II Oktober 2025 Naik, Petani Mulai Optimistis
Harga TBS Sawit Sumatera Selatan Periode II Oktober 2025 Naik, Petani Mulai Optimistis

JAKARTA - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Sumatera Selatan kembali menunjukkan tren positif. Untuk periode II Oktober 2025, atau tepatnya berlaku pada tanggal 16 hingga 30 Oktober 2025, pemerintah menetapkan rata-rata harga TBS umur 10–20 tahun sebesar Rp3.635,86 per kilogram.

Kenaikan ini menjadi sinyal baik bagi petani kelapa sawit di wilayah tersebut setelah sempat mengalami fluktuasi pada bulan-bulan sebelumnya. Tren positif harga TBS ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan petani dan memperkuat sektor perkebunan sebagai penopang ekonomi daerah.

Penetapan harga dilakukan melalui rapat tim penetapan harga TBS tingkat provinsi yang melibatkan berbagai pihak. Keputusan tersebut mempertimbangkan harga minyak sawit mentah (CPO), harga inti sawit (kernel), serta nilai indeks K yang ditetapkan sebesar 92,44 persen.

Menurut data resmi, harga CPO periode ini mencapai Rp14.394,67 per kilogram, sementara harga kernel berada di level Rp13.183,42 per kilogram. Kedua faktor ini menjadi komponen utama dalam menentukan harga akhir TBS di tingkat petani.

Dengan kenaikan tersebut, para petani diharapkan dapat memperoleh pendapatan yang lebih stabil. Selain itu, tren ini juga menjadi cerminan dari kondisi pasar sawit global yang perlahan membaik.

Rincian Harga Berdasarkan Umur Tanaman Sawit

Penetapan harga TBS di Sumatera Selatan dilakukan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit yang berbeda-beda. Setiap kelompok umur memiliki nilai jual yang disesuaikan dengan produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan.

Untuk tanaman berumur 3 tahun, harga ditetapkan sebesar Rp3.054,55 per kilogram. Sementara itu, tanaman umur 4 tahun memiliki harga sedikit lebih tinggi, yaitu Rp3.149,90 per kilogram.

Kelapa sawit berusia 5 tahun dibanderol Rp3.285,20 per kilogram, dan untuk umur 6 tahun, harganya mencapai Rp3.319,17 per kilogram. Adapun tanaman umur 7 tahun memiliki harga Rp3.315,86 per kilogram yang mencerminkan hasil panen mulai stabil.

Pada usia 8 tahun, harga TBS meningkat menjadi Rp3.436,97 per kilogram. Tanaman umur 9 tahun pun menembus harga Rp3.507,22 per kilogram, menunjukkan produktivitas yang semakin optimal.

Kelompok umur 10–20 tahun menjadi yang tertinggi, yaitu Rp3.635,86 per kilogram. Periode ini dikenal sebagai masa produktif utama kelapa sawit dengan rendemen minyak paling tinggi.

Sementara itu, untuk tanaman yang sudah melewati usia dua puluh tahun, harga mulai sedikit menurun. Tanaman umur 21 tahun ditetapkan seharga Rp3.626,42 per kilogram, dan umur 22 tahun sebesar Rp3.636,37 per kilogram.

Menariknya, harga untuk umur 22 tahun masih sedikit lebih tinggi dibandingkan umur 21 tahun, menunjukkan bahwa faktor lokasi dan perawatan turut memengaruhi hasil panen. Tanaman umur 23 tahun memiliki harga Rp3.611,20 per kilogram, sedangkan umur 24 tahun turun menjadi Rp3.510,95 per kilogram.

Untuk tanaman berumur 25 tahun, harga ditetapkan di Rp3.524,57 per kilogram. Meski produktivitasnya mulai menurun, tanaman di usia ini masih memberikan hasil yang cukup menguntungkan bagi petani yang melakukan perawatan rutin.

Faktor Penentu Harga dan Kondisi Pasar Sawit

Harga TBS di Sumatera Selatan tidak hanya dipengaruhi oleh umur tanaman dan produktivitasnya. Faktor global seperti harga minyak sawit mentah di pasar internasional juga memainkan peran penting dalam menentukan harga di tingkat petani.

Fluktuasi harga minyak mentah dunia, permintaan ekspor dari negara tujuan utama seperti India dan Tiongkok, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar turut memberikan dampak signifikan. Saat harga CPO global meningkat, biasanya harga TBS di tingkat lokal juga ikut naik.

Selain itu, indeks K sebesar 92,44 persen menjadi acuan penting dalam perhitungan harga di provinsi. Nilai indeks ini mencerminkan persentase penerimaan petani dari total harga jual produk turunan sawit.

Pemerintah daerah bersama pelaku industri terus memantau pergerakan harga agar tetap sesuai dengan kondisi pasar. Kebijakan ini diharapkan mampu menciptakan stabilitas harga dan menghindari spekulasi yang merugikan petani kecil.

Selain aspek ekonomi, faktor cuaca juga turut memengaruhi hasil panen sawit. Musim kemarau panjang dapat menurunkan produktivitas buah, sementara curah hujan tinggi berisiko menghambat proses pengangkutan dari kebun ke pabrik.

Kondisi infrastruktur menjadi hal penting dalam rantai pasok sawit. Akses jalan menuju pabrik kelapa sawit diharapkan terus diperbaiki agar distribusi TBS lebih cepat dan efisien, terutama di wilayah pedalaman Sumatera Selatan.

Dampak Terhadap Petani dan Harapan ke Depan

Kenaikan harga TBS ini membawa angin segar bagi ribuan petani kelapa sawit di Sumatera Selatan. Selama beberapa bulan terakhir, banyak petani mengeluhkan fluktuasi harga yang membuat pendapatan mereka tidak stabil.

Dengan harga baru yang lebih baik, petani kini mulai optimistis terhadap hasil panen mendatang. Peningkatan ini juga menjadi motivasi untuk melakukan perawatan kebun lebih maksimal demi menjaga kualitas buah sawit.

Para petani berharap tren positif ini dapat bertahan hingga akhir tahun 2025. Mereka juga berharap pemerintah terus memantau harga pasar dan memberikan perlindungan dari praktik tengkulak yang sering menekan harga di tingkat kebun.

Selain itu, organisasi petani dan koperasi di beberapa kabupaten juga berupaya memperkuat sistem pemasaran bersama. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan posisi tawar petani terhadap pabrik kelapa sawit.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pun berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara harga jual di tingkat pabrik dan pendapatan petani. Upaya ini menjadi bagian dari strategi penguatan ekonomi daerah berbasis komoditas perkebunan.

Tak hanya itu, sektor kelapa sawit juga berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja di wilayah tersebut. Ribuan keluarga menggantungkan hidup dari kegiatan produksi, panen, hingga pengolahan sawit di berbagai kabupaten.

Dengan harga TBS yang membaik, daya beli masyarakat desa diharapkan ikut meningkat. Hal ini tentu akan memberikan dampak positif terhadap sektor ekonomi lainnya seperti perdagangan, jasa, dan konsumsi rumah tangga.

Ke depan, pemerintah dan pelaku industri diharapkan dapat memperkuat sinergi untuk meningkatkan produktivitas sawit nasional. Program replanting atau peremajaan sawit rakyat juga perlu terus digencarkan agar tanaman yang sudah tua dapat digantikan dengan bibit unggul berproduksi tinggi.

Tren positif harga TBS Sumatera Selatan periode II Oktober 2025 ini diharapkan menjadi awal dari kebangkitan sektor sawit di wilayah tersebut. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, petani dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi ekonomi nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index