JAKARTA - PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) terus menunjukkan ambisinya untuk menjadi pemain utama di industri energi nasional. Setelah sukses mengakuisisi Grup Hafar pada Agustus 2025, emiten yang terafiliasi dengan pengusaha Happy Hapsoro itu kini melangkah lebih agresif melalui serangkaian akuisisi dan proyek strategis baru.
Dalam materi paparan publik terbaru, Kamis, 23 oktober 2025, RAJA menyampaikan telah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham Bersyarat untuk mengambil alih perusahaan perdagangan gas yang beroperasi di wilayah Banten. Tidak berhenti di situ, RAJA juga tengah menjalani proses due diligence untuk mengakuisisi dua perusahaan pelayaran yang mengoperasikan dua kapal Liquified Natural Gas Carrier (LNGC) dan satu Very Large Gas Carrier (VLGC).
Manajemen RAJA menegaskan bahwa proses akuisisi tersebut merupakan bagian dari strategi memperkuat rantai pasok energi nasional. “Perseroan dalam tahap uji tuntas untuk mengakuisisi dua perusahaan pelayaran yang memiliki aset operasional berupa dua unit kapal LNGC dan satu unit VLGC,” tulis RAJA dalam keterangannya.
Selain aksi akuisisi, RAJA bersama mitra strategisnya kini tengah menyelesaikan studi kelayakan untuk pembangunan terminal LNG di Banten. Proyek tersebut telah memasuki tahap akhir penyusunan skema investasi, skema komersial, serta proses perizinan resmi dari pemerintah.
Proyek Energi Baru dan Peningkatan Infrastruktur Nasional
Tidak hanya berfokus pada pengembangan aset eksisting, RAJA juga mulai menyiapkan pembangunan fasilitas LNG plant di Kalimantan. Proyek tersebut saat ini berada dalam fase pengadaan lahan, finalisasi perjanjian jual beli gas, dan pengajuan alokasi gas dari pemerintah.
Fasilitas compressor gas di Sengkang, Sulawesi Selatan, ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada kuartal IV/2025. Sementara proyek pembangunan pipa bahan bakar minyak (BBM) di Kalimantan Timur dijadwalkan dimulai pada kuartal I/2026 mendatang.
Tak berhenti di sektor energi fosil, RAJA juga mulai memperluas bisnisnya ke energi hijau. Perusahaan tersebut kini tengah menjalani uji tuntas untuk mengakuisisi pembangkit listrik tenaga air dan biomassa, serta fasilitas penyediaan air minum di kawasan Jabodetabek. Langkah ini menandai babak baru diversifikasi RAJA ke sektor berkelanjutan yang sejalan dengan arah kebijakan energi bersih nasional.
Kolaborasi RAJA dengan PT Petrosea Tbk. (PTRO), yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu, menjadi fondasi penting dalam memperluas jangkauan bisnis. Grup Hafar yang diakuisisi keduanya dikenal sebagai penyedia jasa engineering, procurement, construction, and installation (EPCI) serta pelayaran migas lepas pantai dengan pengalaman lebih dari 18 tahun.
Dalam transaksi tersebut, RAJA memegang 49% saham sementara Petrosea menguasai 51%. Presiden Direktur RAJA Djauhar Maulidi menegaskan kemitraan itu merupakan langkah penting memperkuat posisi perusahaan di rantai pasok energi nasional. “Langkah akuisisi ini sejalan dengan roadmap bisnis kami tahun 2025, sekaligus memperluas portofolio di segmen midstream dan offshore untuk mendukung ketahanan energi nasional,” ujarnya pada Jumat (15/8/2025).
Prospek Pertumbuhan dan Kinerja Keuangan yang Solid
Rangkaian aksi korporasi RAJA diyakini menjadi katalis pertumbuhan laba yang signifikan tahun ini. Para analis memperkirakan laba bersih perusahaan berpotensi tumbuh dua digit, didukung strategi akuisisi dan kemitraan jangka panjang dengan sejumlah mitra global.
Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Irsyady Hanief, menilai pendapatan RAJA yang meningkat 3,3% year on year (YoY) serta pertumbuhan laba kotor 4,8% YoY pada semester I/2025 mencerminkan daya tahan margin yang kuat. Ia menambahkan bahwa akuisisi 49% saham PT Hafar Daya Konstruksi (HDK) dan PT Hafar Daya Samudera (HDS) akan memperkuat posisi RAJA di sektor infrastruktur energi midstream.
“RAJA memperdalam kolaborasi dengan PTRO melalui akuisisi bersama Hafar Group, memperluas jangkauan ke sektor logistik lepas pantai dan layanan EPCI. Kemitraan ini memberi RAJA akses ke keahlian teknis, modal, serta peluang proyek baru sekaligus memperkuat kredibilitas di pasar energi dan logistik kelautan,” ujar Irsyady.
Selain ekspansi, RAJA juga memiliki portofolio kontrak jangka panjang berdurasi 10 hingga 30 tahun yang menjadi sumber pendapatan stabil. Beberapa kerja sama strategis itu mencakup PetroChina di Blok Jabung dengan sisa kontrak 19 tahun, Pertagas untuk pipa minyak 17 tahun, ExxonMobil di Blok Cepu selama 11 tahun, serta Sinarmas Group untuk pasokan gas dengan sisa kontrak 10 tahun.
Irsyady menjelaskan bahwa kontrak jangka panjang tersebut memberikan kestabilan arus kas dan mengurangi risiko fluktuasi harga energi global. “Kontrak-kontrak ini memastikan arus kas yang stabil dan mengurangi eksposur RAJA terhadap volatilitas harga energi,” jelasnya.
Langkah Strategis Menuju Energi Bersih dan Kemandirian Nasional
RAJA juga semakin aktif mengembangkan bisnis energi bersih melalui proyek pabrik blue ammonia, fasilitas regasifikasi LNG, serta pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik. Upaya tersebut sejalan dengan target pemerintah dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang menargetkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 70 gigawatt (GW).
Dari total target tersebut, sekitar 72% kapasitas diharapkan berasal dari sumber energi baru terbarukan (EBT). Untuk mencapainya, dibutuhkan investasi sekitar Rp2.800 triliun, dengan kontribusi besar dari sektor swasta dalam pengembangan pembangkit, sementara PLN fokus pada transmisi dan distribusi.
“Langkah ini bukan hanya membuka peluang pertumbuhan baru, tetapi juga menjadi lindung nilai terhadap penurunan ketergantungan pada bahan bakar fosil,” tulis riset Henan Putihrai Sekuritas.
Laporan lembaga riset tersebut juga memperkirakan laba bersih RAJA tahun ini dapat menembus US$35 juta, naik 20,27% dibandingkan 2024 yang sebesar US$29,1 juta. Tahun depan, laba bersih perusahaan diprediksi meningkat 13,42% menjadi US$39,7 juta, seiring proyeksi kenaikan pendapatan dari US$254,5 juta pada 2024 menjadi US$265,5 juta pada 2025.
Kinerja positif RAJA juga tercermin pada laporan keuangan semester I/2025 yang mencatat pendapatan US$127,63 juta, naik 3,33% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$123,51 juta. Kontributor utama pendapatan berasal dari penjualan gas sebesar US$70,2 juta, lifting migas US$25,15 juta, dan jasa penyaluran minyak US$16,98 juta.
Sementara itu, beban pokok pendapatan RAJA mencapai US$89,97 juta dengan beban administrasi dan umum sebesar US$11,18 juta, beban keuangan US$4,73 juta, serta beban pajak penghasilan bersih US$8,69 juta. Adapun laba bersih pada semester I/2025 tercatat US$11,35 juta, turun 20,57% dibandingkan US$14,29 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.