Industri

Industri Perfilman Dinilai Mampu Dorong Ekonomi Kreatif, Wali Kota Makassar Dukung Produksi Anak Lorong The Movie

Industri Perfilman Dinilai Mampu Dorong Ekonomi Kreatif, Wali Kota Makassar Dukung Produksi Anak Lorong The Movie
Industri Perfilman Dinilai Mampu Dorong Ekonomi Kreatif, Wali Kota Makassar Dukung Produksi Anak Lorong The Movie

JAKARTA - Pemerintah Kota Makassar memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan industri kreatif lokal, khususnya sektor perfilman, yang dinilai memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis budaya. Hal ini ditegaskan oleh Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, dalam pertemuan bersama sejumlah pelaku industri film yang membahas rencana produksi film bertajuk Anak Lorong The Movie.

Pertemuan tersebut melibatkan Indora Global, Rumah Semut Film, dan Dewan Film Indonesia (DFI), serta menjadi awal dari kolaborasi antara Pemerintah Kota Makassar dengan insan perfilman nasional. Kolaborasi ini diharapkan menghasilkan karya sinematik yang menggambarkan nilai-nilai budaya dan potensi lokal Kota Makassar, serta memperluas eksistensi Makassar sebagai pusat kreatif di kawasan Indonesia Timur.

“Kami sangat mendukung industri kreatif di Makassar, apalagi ada beberapa spot bisa dimanfaatkan untuk syuting. Kita angkat beragam hal keunikan di Kota Makassar,” ujar Munafri Arifuddin.

Munafri menekankan pentingnya pengembangan gagasan kreatif dalam membangun citra kota. Menurutnya, film tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media promosi budaya dan identitas lokal yang berdampak langsung terhadap sektor pariwisata, UMKM, serta peluang investasi.

“Kita ingin kembangkan potensi yang ada di Makassar, terutama ide dan gagasan kreatif. Artinya, semua perlu berjalan bersama-sama mengawal pembangunan,” ujarnya.

Film Anak Lorong The Movie dirancang sebagai karya sinematik yang tidak hanya menyuguhkan kisah kehidupan warga lorong di kota besar, tetapi juga mengangkat perjuangan masyarakat dalam menjaga nilai-nilai budaya di tengah tantangan urbanisasi. Film ini diproyeksikan tayang perdana pada Juli 2026, dengan proses produksi yang dijadwalkan dimulai pada Oktober 2025.

“Dari perspektif budaya, film ini menunjukkan bagaimana masyarakat berjuang di tengah kerasnya kehidupan perkotaan. Film bisa menjadi media yang menghadirkan inspirasi,” jelas inisiator film, Fachrul Muchksen.

Judul Anak Lorong The Movie dinilai memiliki kekuatan naratif yang kuat serta kedekatan emosional dengan masyarakat. Dari sisi branding, film ini dinilai memiliki daya tarik yang berpotensi menarik perhatian Kementerian Kebudayaan untuk mendapatkan dukungan dalam rangka pelestarian budaya lokal.

Selain menyoroti budaya lorong, film ini juga akan menghadirkan elemen-elemen lokal seperti tarian tradisional Makkareso. Dalam upaya memperkuat keterlibatan komunitas, tokoh masyarakat seperti Mathias Muchus akan berperan sebagai Ketua RW, serta sejumlah diaspora Makassar di luar negeri juga turut dilibatkan.

“Akan ada representasi budaya lokal seperti tari Makkareso yang menjadi bagian dari elemen cerita kami,” ujar Fachrul.

Sejak kesuksesan film Uang Panai yang menjadi box office nasional pada 2016, Kota Makassar telah berkembang menjadi pusat produksi film di wilayah timur Indonesia. Saat ini, tercatat sekitar 7.000 hingga 8.000 kegiatan perfilman berlangsung setiap tahunnya, baik dalam bentuk produksi mandiri, komunitas, maupun sinergi dengan rumah produksi nasional.

Fachrul menyebut bahwa hampir semua produser nasional telah menjalin hubungan strategis dengan tokoh-tokoh lokal di Makassar, termasuk dengan Wali Kota Munafri Arifuddin, yang dikenal aktif mendorong inisiatif budaya, promosi wisata, serta pemanfaatan lokasi kota sebagai latar syuting.

“Kami datang dengan rendah hati untuk meminta nasihat. Kami ingin tahu, apa yang bisa kami lakukan untuk memperkuat cerita kami,” ujar perwakilan tim produksi dalam pertemuan tersebut.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah, Anak Lorong The Movie diharapkan menjadi tonggak baru kebangkitan film daerah yang tidak hanya sukses secara komersial, tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian budaya lokal serta penguatan ekonomi kreatif di Makassar dan Indonesia Timur secara umum.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index