Megaproyek

Megaproyek Rp40 Miliar Tebing Sungai Bengawan Solo Bojonegoro Tak Kunjung Diperbaiki

Megaproyek Rp40 Miliar Tebing Sungai Bengawan Solo Bojonegoro Tak Kunjung Diperbaiki
Megaproyek Rp40 Miliar Tebing Sungai Bengawan Solo Bojonegoro Tak Kunjung Diperbaiki

JAKARTA - Kondisi proyek pelindung tebing Sungai Bengawan Solo di Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, kian memprihatinkan. Proyek bernilai Rp40 miliar yang roboh pada Desember 2024 ini hingga akhir Mei 2025 belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan.

Pantauan di lokasi pada Sabtu, 31 Mei 2025 kemarin memperlihatkan tiang-tiang proyek yang roboh kini terendam air Sungai Bengawan Solo. Setidaknya belasan meter tiang pancang ambruk, mengakibatkan material proyek yang semestinya melindungi tebing justru menjadi bagian dari kerusakan. Di area proyek, hanya terlihat dua unit excavator dan dua crane yang siaga untuk pemasangan tiang pancang baru.

Salah seorang warga Desa Lebaksari yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambatnya penanganan proyek ini. “Setelah beberapa kali dilanda banjir, kondisinya semakin parah. Tapi belum juga ada perbaikan berarti,” ujarnya kepada wartawan.

Proyek pelindung tebing tersebut dikerjakan oleh PT Indopenta Bumi Permai, yang sebelumnya mengalami kerusakan di dua titik: sepanjang 200 meter di Desa Tanggungan dan 70 meter di Desa Lebaksari. Meski demikian, perbaikan secara menyeluruh masih belum dilakukan hingga kini.

Juru Bicara PT Indopenta Bumi Permai, Ardhiyana, menjelaskan bahwa saat ini pihaknya masih fokus membangun dudukan untuk akses pemasangan tiang pancang baru. Menurutnya, proses ini memerlukan penyesuaian desain berdasarkan rekomendasi teknis dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. “Ada sedikit perubahan desain berdasarkan rekomtek dari ITS. Namun tidak mempengaruhi Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek,” kata Ardhiyana.

Ardhiyana juga menambahkan bahwa pihaknya masih menunggu rekomendasi teknis dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo sebelum dapat melanjutkan pekerjaan secara penuh. Situasi ini diperparah dengan cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir di wilayah Baureno dalam beberapa pekan terakhir. “Karena sering banjir, kami juga sempat evakuasi bronjong yang sebelumnya sudah terpasang agar tidak hanyut,” jelas Ardhiyana.

Proyek pembangunan pelindung tebing Sungai Bengawan Solo di Desa Lebaksari dan Desa Tanggungan memiliki total panjang mencapai 980 meter. Berdasarkan data resmi dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), proyek ini memiliki nilai pagu anggaran sebesar Rp40 miliar. Pembangunan pelindung tebing ini bertujuan untuk menahan erosi dan mencegah luapan sungai yang berpotensi mengancam pemukiman warga di sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo.

Sayangnya, lambannya penanganan kerusakan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Warga berharap pihak kontraktor dan pemerintah segera mengambil langkah konkret agar pelindung tebing ini dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Mereka juga mengingatkan potensi bahaya yang dapat timbul jika kondisi ini terus dibiarkan, terutama saat musim hujan.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi lanjutan dari pihak BBWS Bengawan Solo terkait waktu pasti pelaksanaan perbaikan penuh proyek ini. Namun, warga Desa Lebaksari tetap berharap proyek tersebut bisa segera rampung dan berfungsi untuk melindungi mereka dari bahaya erosi dan banjir.

“Kalau dibiarkan terus begini, apalagi musim hujan sudah dekat, bisa semakin parah kerusakannya. Kami hanya bisa berharap pihak terkait segera bertindak,” ucap warga Lebaksari yang enggan disebutkan namanya.

Proyek pelindung tebing senilai Rp40 miliar ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang bagi permasalahan erosi dan banjir di kawasan bantaran Bengawan Solo. Namun, tanpa penanganan cepat dan koordinasi antarpihak yang baik, megaproyek ini justru berpotensi menjadi ancaman baru bagi masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index