METI Dorong Indonesia Jadi Pusat Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Jumat, 01 Agustus 2025 | 07:18:02 WIB
METI Dorong Indonesia Jadi Pusat Energi Terbarukan di Asia Tenggara

JAKARTA - Transformasi energi Indonesia memasuki babak baru. Alih-alih sebatas wacana, langkah nyata untuk mengembangkan energi terbarukan kini dipimpin oleh Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Di bawah arahan Norman Ginting, Indonesia diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan energi hijau di kawasan Asia Tenggara, dengan fokus pada proyek konkret, kolaborasi multipihak, dan inovasi teknologi yang berkelanjutan.

Norman Ginting, calon Ketua Umum METI sekaligus Direktur Proyek & Operasi di Pertamina New Renewable Energy (Pertamina NRE), membawa pengalaman lebih dari 25 tahun dalam mengelola proyek energi berskala besar. Portofolionya mencakup proyek pembangkit listrik hingga 1.760 MW serta berbagai inisiatif energi baru, seperti pengembangan solar PV, baterai penyimpanan energi, energi angin, dan bioenergi.

“Saatnya energi terbarukan bukan hanya dibicarakan, tapi diimplementasikan. Kami siap menjadi mitra strategis bagi investor lokal dan global,” tegas Norman.

Proyek Strategis untuk Energi Bersih Nasional

METI merancang sejumlah proyek prioritas yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia untuk memperkuat ekosistem energi terbarukan:

Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala besar di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB)

Pengembangan energi angin di Sulawesi dan pesisir Jawa Timur

Penerapan baterai penyimpanan energi (BESS) untuk meningkatkan stabilitas jaringan listrik

Produksi bioenergi dari aren, dengan salah satu proyek unggulan di Manado yang berpotensi menghasilkan hingga 876.000 kiloliter bioetanol per tahun, cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan bensin di Sulawesi Utara secara berkelanjutan

Inisiatif bioetanol dari aren ini dinilai strategis karena tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga mendorong perekonomian desa. Teknologi yang digunakan sudah mampu memproduksi bioetanol berkualitas fuel-grade (99,6%), yang siap bersaing di pasar bahan bakar alternatif nasional dan internasional.

Pendanaan Hijau dan Peningkatan SDM

Guna memastikan proyek-proyek ini menarik bagi investor, METI menyiapkan ekosistem pembiayaan yang inovatif. Beberapa skema yang ditawarkan antara lain:

Penerbitan green bonds dan blended finance

Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)

Akses pendanaan global melalui lembaga seperti IFC dan ADB

“Investor tak hanya butuh proyek yang bankable, tapi juga kepastian regulasi. Kami bekerja erat dengan Kementerian ESDM, OJK, hingga Bappenas untuk mewujudkannya,” jelas Norman.

Selain pendanaan, METI menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan penguasaan teknologi sebagai kunci keberlanjutan. Upaya ini diwujudkan melalui:

Pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja lokal untuk sektor energi hijau

Kolaborasi riset dengan perguruan tinggi seperti ITB dan UI

Edukasi untuk masyarakat dan UMKM terkait pemanfaatan energi bersih

Norman menegaskan bahwa pengembangan SDM akan memperkuat fondasi jangka panjang industri energi terbarukan, sehingga tidak hanya bergantung pada investasi luar, tetapi juga pada kapasitas dalam negeri yang mumpuni.

Menuju Indonesia Rendah Karbon

Dengan target 23% bauran energi terbarukan pada 2025, Indonesia membutuhkan sinergi kuat dari pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat. METI hadir sebagai katalisator untuk mempertemukan seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan transformasi energi ini.

“Kami mengajak investor untuk menjadi bagian dari perubahan besar ini. Investasi Anda bukan hanya memberikan profit, tapi menciptakan masa depan Indonesia yang lebih hijau dan tangguh,” pungkas Norman.

Visi ini menegaskan komitmen Indonesia untuk tidak hanya berperan sebagai konsumen energi bersih, tetapi juga menjadi pemimpin dalam inovasi dan produksi energi terbarukan di Asia Tenggara.

Terkini