Petani Muda dan Perempuan, Kunci Keberlanjutan Padi Organik

Senin, 04 Agustus 2025 | 08:29:51 WIB
Petani Muda dan Perempuan, Kunci Keberlanjutan Padi Organik

JAKARTA - Di tengah tantangan regenerasi petani dan tekanan harga produk pertanian, keberlanjutan usaha tani padi organik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah mendapat sorotan khusus dalam Seminar Nasional dan Rakernas PERHEPI 2025 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Dosen Program Studi Agribisnis UMY, Zuhud Rozaki, memaparkan hasil penelitiannya yang menekankan pentingnya keterlibatan petani muda dan perempuan dalam menjaga kelangsungan pertanian organik. Dari penelitian yang melibatkan 150 petani di lima kabupaten, skor rata-rata keberlanjutan usaha padi organik berada di 2,94, masuk kategori “cukup berkelanjutan” yang diukur dari aspek ekonomi, ekologi, dan sosial.

Keterlibatan Generasi Muda dan Perempuan Sangat Krusial

Menurut Zuhud, manajemen keuangan yang baik menjadi faktor penentu dari sisi ekonomi. Petani yang mampu mengatur finansial lebih mampu menjaga kesinambungan usaha taninya.

Dari aspek ekologi, praktik rotasi tanaman terbukti efektif menjaga kesuburan tanah serta mendukung sistem pertanian organik yang ramah lingkungan.
“Temuan kedua dari segi ekologi adalah rotasi tanaman. Praktik ini terbukti efektif dalam menjaga kesuburan tanah dan mendukung pertanian organik,” jelas Zuhud.

Dalam dimensi sosial, kehadiran petani muda menjadi kunci penting. Regenerasi petani yang selama ini menjadi tantangan besar mulai mendapat harapan baru dengan keterlibatan generasi muda. Selain itu, perempuan juga memiliki kontribusi signifikan dalam mendukung keberlanjutan usaha tani, baik di lingkup rumah tangga maupun komunitas.

Tantangan Harga dan Ketahanan Pangan

Meski tren keberlanjutan cukup positif, tantangan besar tetap ada. Salah satunya adalah harga jual padi organik yang belum sepenuhnya sesuai harapan petani. Banyak konsumen belum memahami perbedaan kualitas antara padi organik dan padi konvensional, sehingga enggan membayar lebih mahal.
“Banyak konsumen yang tidak merasa ada perbedaan harga saat membeli padi organik, padahal kualitasnya lebih baik,” ungkap Zuhud.

Dari aspek ketahanan pangan, hasil penelitian menunjukkan 60 persen petani organik tergolong aman pangan (food secure). Namun, 31 persen petani berada pada kondisi rawan pangan, yang menjadi alarm penting bagi keberlanjutan sistem ini. Zuhud menekankan bahwa pertanian organik perlu terus dikembangkan, tidak hanya dari sisi ekologi, tetapi juga untuk memastikan produksi tanaman yang sehat dan berdaya saing.

Selain itu, penelitian ini menghasilkan delapan luaran akademis, terdiri dari lima jurnal yang sudah terbit, satu jurnal yang diterima, dan dua jurnal lain yang masih dalam proses peninjauan. Zuhud berharap publikasi tersebut dapat menjadi referensi bagi akademisi dan praktisi di bidang pertanian berkelanjutan.
“Jurnal-jurnal ini relatif mudah untuk diakses, semoga bisa menjadi referensi yang bermanfaat,” ujarnya menutup pemaparan di Student Dormitory UMY.

Terkini

Adhi Karya Siapkan Pendanaan Swasta untuk LRT Jabodebek

Senin, 08 September 2025 | 15:48:25 WIB

BPI Danantara Siapkan Proyek PLTSa di Lima Kota Besar

Senin, 08 September 2025 | 15:48:22 WIB

Pemerintah Bersama PLN Jaga Kestabilan Tarif Listrik 2025

Senin, 08 September 2025 | 15:48:19 WIB

Skrining Kesehatan BPJS Kini Lebih Mudah di Aplikasi

Senin, 08 September 2025 | 15:48:16 WIB