JAKARTA - Suasana pagi di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, selalu identik dengan kesibukan ribuan pekerja yang menuju kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Kawasan ini bukan sekadar area industri biasa, tetapi kini menjadi episentrum hilirisasi nikel Indonesia, sekaligus mesin penggerak pertumbuhan ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.
Didirikan pada 2013 melalui kerja sama Bintang Delapan Group (Indonesia) dan Tsingshan Steel Group (Tiongkok), IMIP telah bertransformasi menjadi kawasan industri terintegrasi dengan investasi lebih dari US$ 34,3 miliar pada 2015–2024. Kawasan ini kini mempekerjakan 85.423 tenaga kerja, mayoritas warga Sulawesi, dengan 15.317 orang berasal langsung dari Morowali.
Hilirisasi Nikel dan Komitmen Keberlanjutan
IMIP tidak hanya fokus pada produksi nikel mentah, tetapi juga memprosesnya menjadi produk bernilai tambah seperti stainless steel, carbon steel, dan bahan baku baterai kendaraan listrik. Penerapan Cogeneration Power Plant menjadi salah satu bukti upaya keberlanjutan, di mana uap panas dari pabrik asam sulfat dan carbon steel diubah menjadi energi listrik untuk memenuhi 70% kebutuhan pabrik.
Direktur Komunikasi PT IMIP, Emilia Bassar, menegaskan komitmen tersebut.
“Salah satu inovasi keberlanjutan yang bisa kami sampaikan adalah penggunaan Cogeneration Power Plant. Jadi, pabrik asam sulfat yang terintegrasi dengan HPAL ini tidak hanya menghasilkan bahan baku, tapi juga menghasilkan uap panas dari proses produksi, yang kemudian diubah menjadi listrik. Uap ini bisa mencukupi sekitar 70% kebutuhan listrik pabrik secara mandiri,” ujarnya.
Selain itu, pembangunan PLTS berkapasitas 200 MW sedang direncanakan sebagai bagian dari target bauran EBT 23% pada 2025. Sejumlah tenant juga mulai menggunakan armada listrik, terdiri dari 130 dump truck dan 105 wheel loader bertenaga baterai, sebagai langkah awal transisi energi.
Tenaga Kerja Lokal dan Dampak Sosial-Ekonomi
Kontribusi terbesar IMIP bagi Morowali adalah serapan tenaga kerja. Dari total 85.423 pekerja, sekitar 93% berasal dari Pulau Sulawesi, dan 31% di antaranya dari Sulawesi Tengah. Mayoritas posisi yang tersedia mencakup kru, mekanik, teknisi, hingga supervisor, membuka peluang karier luas bagi lulusan SMA hingga S1.
Head of HR and Training PT IMIP, Achmanto Mendatu, menegaskan komitmen perusahaan pada masyarakat sekitar.
“Kawasan IMIP akan terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, utamanya di sekitar kawasan industri. Satu hal juga, sebagian besar pekerja di IMIP merupakan lulusan perguruan tinggi di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Efek berganda terasa hingga sektor UMKM. Di Bahodopi, jumlah pelaku UMKM melonjak dari 4.697 pada 2021 menjadi 7.643 pada 2025. Warung makan, bengkel, dan penyedia alat pelindung diri kini menjadi bagian dari ekosistem ekonomi baru yang tercipta.
“Keberadaan kawasan IMIP ini sangat membantu ekonomi keluarga. Walau hanya berjualan makanan hampir setiap hari dagangan saya laris dan bisa mendapatkan keuntungan jutaan rupiah,” tutur Apriliani, salah satu pedagang yang merasakan langsung manfaatnya.
Transfer Teknologi dan Masa Depan Hilirisasi
Hilirisasi di IMIP tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga mendorong transfer teknologi. Banyak pekerja lokal kini menduduki posisi strategis setelah mengikuti pelatihan dan program magang, bahkan beasiswa dalam dan luar negeri.
“Dahulu saya tidak mengetahui apa itu nikel dan bagaimana proses pengolahannya menjadi produk jadi. Tetapi setelah bekerja di tempat ini saya mengerti bahkan bisa mengoperasikan sejumlah peralatan produksi,” kata Wardiman, karyawan salah satu tenant IMIP.
Kawasan ini juga telah membangun dua klinik perusahaan dan satu Rumah Sakit Tipe D Pratama Bahodopi, yang melayani lebih dari 273.000 kunjungan pada 2023, menunjukkan kontribusi IMIP pada kesehatan publik.
Dengan tiga klaster industri utama—stainless steel, carbon steel, dan baterai kendaraan listrik IMIP menjadi bagian penting dalam transisi energi bersih dan penguatan rantai pasok global kendaraan listrik. Transformasi ini menjadikan IMIP bukan hanya proyek industri, tetapi juga model keberlanjutan dan inklusi sosial.