Prediksi BMKG: Musim Kemarau 2025 di Indonesia Dimulai Setelah April

Selasa, 25 Februari 2025 | 17:33:46 WIB
Prediksi BMKG: Musim Kemarau 2025 di Indonesia Dimulai Setelah April

JAKARTA - Industri pertanian dan masyarakat umum di Indonesia bersiap untuk menyambut perubahan musim dengan berbekal informasi terkini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Menurut prediksi terbaru, musim kemarau tahun 2025 diperkirakan akan dimulai setelah bulan April. Prediksi ini didasarkan pada analisis meteorologi dan fenomena atmosfer yang saat ini masih didominasi oleh musim hujan.

Musim Hujan Masih Mendominasi

Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami puncak musim hujan dengan intensitas berkisar antara menengah hingga sangat tinggi, mencapai lebih dari 500 mm per bulan di beberapa daerah. "Saat ini sejumlah wilayah Indonesia masih berada dalam pusaran puncak musim hujan," ungkap Dwikorita, menekankan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi cuaca ekstrem.

Fenomena La Nina yang lemah diprediksi bertahan hingga Mei 2025. La Nina ini berpotensi meningkatkan curah hujan, terutama di bulan Maret dan April, dengan intensitas hujan berkisar antara sedang hingga tinggi. Beberapa wilayah bahkan berisiko mengalami hujan lebat disertai petir dan angin kencang, menambah tantangan bagi masyarakat dalam mempersiapkan musim kemarau.

Fenomena Atmosfer yang Berpengaruh

Selain La Nina, BMKG juga mencatat adanya pengaruh aktivitas gelombang ekuator serta Madden-Julian Oscillation (MJO) yang tampak pada Maret 2025. Fenomena ini diperkirakan memperkuat pembentukan awan hujan terutama di wilayah utara Sumatra dan bergerak ke bagian barat dan tengah Indonesia hingga pertengahan Maret.

Tidak hanya curah hujan, potensi banjir rob di beberapa kawasan pesisir juga menjadi perhatian utama BMKG. Potensi ini terkait dengan fenomena bulan baru dan purnama yang bertepatan dengan jarak terdekat antara Bumi dan Bulan pada akhir Maret serta April, yang dapat menyebabkan peningkatan pasang laut.

Transisi ke Musim Kemarau

Menurut BMKG, periode Maret dan April 2025 merupakan masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau yang dikenal dengan istilah pancaroba. Transisi ini sering diiringi cuaca ekstrem seperti hujan lebat berdurasi singkat, petir, angin kencang, serta kemungkinan angin puting beliung dan hujan es di beberapa wilayah. "Pancaroba adalah masa yang perlu diwaspadai karena sering memunculkan cuaca ekstrem yang bisa berdampak pada berbagai sektor, termasuk transportasi dan pertanian," tambah Dwikorita.

Prediksi BMKG menyebutkan bahwa musim kemarau 2025 kemungkinan besar akan dimulai setelah bulan April, menjadikan April sebagai bulan transisi krusial. Masyarakat diimbau untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan ini, baik dari segi ketersediaan air bersih, infrastruktur pertanian, maupun kesiapan menghadapi kebakaran hutan dan lahan yang kerap kali terjadi saat kemarau.

Kesiapan Menghadapi Musim Kemarau

Dalam menghadapi musim kemarau, BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk mulai melakukan langkah antisipatif sejak dini. "Penting bagi kita semua untuk memaksimalkan penggunaan teknologi informasi dan prediksi cuaca dalam perencanaan kegiatan ekonomi, pertanian, dan pengelolaan sumber daya air," kata Dwikorita, menegaskan pentingnya kolaborasi antarsektor.

Selain itu, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai tanda-tanda cuaca buruk dan bahaya yang mungkin timbul juga perlu ditingkatkan. Dengan demikian, dampak musim kemarau dapat diminimalisir dan masyarakat lebih siap dalam menghadapinya.

Dengan segala persiapan dan informasi yang ada, diharapkan masyarakat dapat lebih tangguh dalam menghadapi transisi cuaca dari musim hujan ke musim kemarau ini. Prediksi dan analisis dari BMKG diharapkan menjadi acuan dalam pengambilan keputusan strategis di berbagai sektor. Anggota masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi terkini dari BMKG agar dapat melakukan langkah antisipatif yang tepat.

Terkini