Minyak

G7 Siap Turunkan Batas Harga Minyak Rusia Meski Tanpa Dukungan AS

G7 Siap Turunkan Batas Harga Minyak Rusia Meski Tanpa Dukungan AS
G7 Siap Turunkan Batas Harga Minyak Rusia Meski Tanpa Dukungan AS

JAKARTA - Negara-negara anggota G7 dilaporkan tengah bersiap untuk menurunkan batas harga (price cap) minyak mentah Rusia, meski langkah ini kemungkinan besar dilakukan tanpa partisipasi dari Presiden Amerika Serikat saat ini, Donald Trump. Keputusan tersebut muncul di tengah tekanan geopolitik dan fluktuasi harga minyak global yang membuat batas harga sebelumnya dianggap tidak lagi efektif.

Penurunan harga minyak dunia dalam beberapa bulan terakhir telah menjadikan batas harga minyak Rusia yang saat ini berada di level US$60 per barel menjadi kurang relevan. Oleh karena itu, G7 mempertimbangkan untuk merevisi kebijakan yang awalnya dirancang guna menekan pendapatan ekspor energi Rusia sebagai respons atas invasinya ke Ukraina.

Uni Eropa dan Inggris Dorong Perubahan

Dorongan paling kuat datang dari Uni Eropa dan Inggris yang sudah selama beberapa minggu terakhir mengupayakan penyesuaian batas harga ini. Keduanya disebut siap memimpin langkah revisi dengan dukungan negara-negara anggota euro lainnya dan Kanada.

Salah satu diplomat senior Uni Eropa menyebutkan bahwa angka yang tengah dipertimbangkan adalah US$45 per barel, turun dari batas sebelumnya yaitu US$60.

“Usulan sebelumnya adalah menurunkan batas harga menjadi US$45 per barel, namun implementasi kebijakan ini memerlukan persetujuan bulat dari seluruh negara anggota. Prosesnya bisa memakan waktu beberapa minggu,” jelas diplomat tersebut.

Konsensus penuh masih menjadi syarat utama untuk mengubah batas harga, sesuatu yang bukan hal mudah mengingat perbedaan pandangan strategis antar anggota blok.

Sikap AS dan Jepang Masih Abu-Abu

Sementara itu, Jepang dan Amerika Serikat—dua anggota utama G7 lainnya—belum memberikan sinyal yang jelas mengenai posisi mereka terhadap usulan penurunan batas harga minyak Rusia ini. Khususnya AS di bawah kepemimpinan Donald Trump, yang cenderung mengedepankan pendekatan bilateral dan pragmatis dalam kebijakan luar negeri, belum menunjukkan komitmen terhadap langkah tersebut.

Meskipun demikian, negara-negara Eropa tetap optimistis mendorong tercapainya keputusan bersama. Mereka menilai langkah ini sebagai bagian penting dari strategi menekan ekonomi Rusia tanpa perlu eskalasi militer langsung.

Tekanan Tambahan Lewat Shadow Fleet

Selain menurunkan batas harga, negara-negara G7 juga memperkuat tekanan terhadap apa yang disebut sebagai shadow fleet—armada kapal tanker bayangan yang digunakan Rusia untuk menghindari sanksi energi. Shadow fleet ini mencakup jaringan pelaku usaha dan kapal yang mengoperasikan ekspor minyak Rusia tanpa transparansi, sering kali melalui rute-rute rahasia dan pelabuhan yang tidak terpantau ketat.

Tindakan yang diambil G7 terhadap shadow fleet mulai berdampak nyata terhadap pendapatan ekspor energi Moskow. Pengawasan dan pembatasan terhadap kapal-kapal ini diperketat, termasuk melalui kerja sama intelijen dan pelacakan pengiriman berbasis teknologi satelit.

Latar Belakang Price Cap Minyak Rusia

Mekanisme price cap atau batas harga minyak Rusia pertama kali diperkenalkan pada akhir 2022 sebagai bagian dari sanksi ekonomi terhadap Rusia akibat invasinya ke Ukraina. Tujuan utama kebijakan ini adalah membatasi pendapatan yang diperoleh Rusia dari penjualan minyak tanpa mengganggu pasokan energi global secara signifikan.

Melalui sistem ini, negara-negara pembeli hanya diperbolehkan mengimpor minyak Rusia jika harga per barel berada di bawah batas yang ditentukan. Apabila melanggar, maka pelaku ekspor atau pengangkutnya akan dikenakan sanksi tambahan.

Namun seiring waktu dan berubahnya situasi pasar, efektivitas batas harga ini mulai dipertanyakan. Harga minyak global yang merosot membuat batas harga US$60 tidak lagi relevan untuk menekan keuntungan Rusia secara signifikan.

Ketegasan Eropa, Ketidakpastian AS

Keputusan untuk menyesuaikan batas harga minyak Rusia akan menjadi ujian kekompakan G7 dalam merespons konflik geopolitik yang terus berkembang. Ketegasan Uni Eropa dan Inggris menjadi motor utama dalam perubahan ini, sementara ketidakpastian sikap dari Jepang dan terutama Amerika Serikat di bawah Trump membuka kemungkinan dinamika baru dalam kebijakan kolektif G7.

Dalam situasi global yang semakin kompleks, kebijakan penurunan batas harga ini diharapkan dapat menekan pendapatan Rusia tanpa memicu gangguan besar terhadap pasar energi internasional. Langkah ini juga akan menjadi sinyal kuat bahwa G7 tetap bersatu dalam menghadapi agresi militer dan pelanggaran hukum internasional, meskipun tidak semua anggotanya sepakat dalam setiap tahapannya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index