Energi

Potensi Energi Terbarukan Indonesia Tembus 3.700 GW, Pemanfaatan Masih Minim

Potensi Energi Terbarukan Indonesia Tembus 3.700 GW, Pemanfaatan Masih Minim
Potensi Energi Terbarukan Indonesia Tembus 3.700 GW, Pemanfaatan Masih Minim

JAKARTA - Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, mencapai 3.700 gigawatt (GW), namun pemanfaatannya masih jauh dari optimal. Kondisi ini menimbulkan tantangan besar dalam mewujudkan target transisi energi bersih dan berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa Indonesia diberkahi beragam sumber energi baru terbarukan (EBT), mulai dari energi surya, angin, air, panas bumi, bioenergi, hingga energi laut. Potensi tersebut tersebar luas di seluruh pelosok tanah air.

Potensi Energi Terbarukan yang Luar Biasa

Berdasarkan pemetaan ESDM, energi surya menjadi sumber energi terbarukan dengan potensi terbesar, mencapai 3.295 GW. Sayangnya, pemanfaatannya baru menyentuh 0,3% dari total potensi tersebut. Energi angin juga menyimpan potensi besar hingga 3 GW, terutama di wilayah timur Indonesia seperti Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Energi hidro (air) memiliki potensi sekitar 95 GW, banyak ditemukan di kawasan Sumatera dan Kalimantan. Sementara itu, energi panas bumi menyumbang sekitar 24 GW dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia.

Selain itu, bioenergi berpotensi menghasilkan 57 GW, berasal dari limbah pertanian dan perkebunan yang tersebar luas di tanah air. Energi laut, termasuk gelombang dan arus laut, memiliki potensi hingga 60 GW dan dapat dimanfaatkan di sepanjang garis pantai Indonesia yang mencapai lebih dari 95 ribu kilometer.

Namun hingga kini, seluruh potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 14% saja.

Pemanfaatan Masih Jauh dari Target

Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam realisasi bauran energi baru terbarukan.

“Kita lihat pada saat ini, energi yang kita gunakan dari energi baru terbarukan itu 14%, padahal target kita pada tahun 2025 itu adalah 23%. Jadi kita memang ketinggalan dari target-target kita,” ujar Rosan saat menghadiri detikcom Leaders Forum bertema ‘Menuju Indonesia Hijau: Inovasi Energi dan Sumber Daya Manusia’ yang digelar di Hotel St. Regis, Jakarta Selatan.

Keterlambatan ini menjadi sinyal kuat perlunya pembenahan sistematis dalam sektor energi terbarukan.

Tantangan Pengembangan Energi Terbarukan

Sejumlah tantangan masih menjadi penghambat utama dalam optimalisasi EBT di Indonesia. Di antaranya adalah:

Keterbatasan Infrastruktur: Minimnya jaringan transmisi dan distribusi listrik yang memadai menyebabkan banyak proyek energi terbarukan tidak bisa tersambung ke sistem kelistrikan nasional.

Regulasi dan Kebijakan: Proses perizinan yang panjang dan kompleks serta inkonsistensi regulasi membuat investor ragu untuk menanamkan modal.

Pendanaan dan Investasi: Tingginya risiko proyek dan keterbatasan akses pendanaan menjadi hambatan bagi pengembangan energi ramah lingkungan.

Sumber Daya Manusia: Masih terbatasnya tenaga ahli dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya transisi energi menjadi tantangan tersendiri.

Langkah dan Kebijakan Pemerintah

Untuk mendorong percepatan transisi energi, pemerintah telah menetapkan berbagai strategi, antara lain:

Roadmap Energi Terbarukan yang menargetkan bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025 dan meningkat menjadi 31% pada 2050.

Pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, termasuk pembebasan pajak dan kemudahan perizinan proyek EBT.

Pengembangan infrastruktur kelistrikan untuk mendukung konektivitas dan efisiensi distribusi energi bersih.

Peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan dan pendidikan di sektor energi terbarukan.

Menuju Masa Depan Energi Hijau

Dengan potensi sebesar itu, Indonesia sebenarnya memiliki modal kuat untuk menjadi pemimpin dalam energi bersih di kawasan Asia Tenggara. Namun, diperlukan sinergi yang lebih kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mempercepat realisasi transisi energi.

Pemanfaatan optimal energi terbarukan tidak hanya penting dalam konteks pemenuhan kebutuhan energi nasional, tetapi juga sebagai upaya strategis menuju target net zero emission pada tahun 2060.

Langkah-langkah konkret seperti penyederhanaan perizinan, peningkatan insentif bagi investor, dan peningkatan kapasitas SDM perlu terus diperkuat. Tanpa komitmen dan implementasi nyata, potensi 3.700 GW hanya akan menjadi angka dalam dokumen perencanaan.

Indonesia memiliki kesempatan emas untuk menjawab tantangan global perubahan iklim dengan memanfaatkan sumber daya yang telah tersedia secara alamiah. Saatnya mengambil langkah lebih serius untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index