JAKARTA – PT Pertamina kembali melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) untuk sejumlah wilayah di Indonesia. Penyesuaian ini mengikuti perkembangan harga minyak dunia dan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang terus berubah. Sejumlah jenis BBM mengalami penurunan harga, terutama di wilayah Jawa Barat, di mana harga Pertamax turun cukup signifikan.
Penyesuaian harga BBM ini merupakan kebijakan internal Pertamina, menyesuaikan harga eceran dengan dinamika pasar global dan situasi ekonomi dalam negeri. "Kami selalu berupaya menyeimbangkan antara kepentingan konsumen dan kelangsungan bisnis kami agar BBM tetap tersedia dengan harga yang wajar," ungkap pejabat dari Pertamina saat menjelaskan langkah penyesuaian harga tersebut.
Harga BBM Berbeda di Tiap Wilayah
Salah satu hal yang perlu diketahui masyarakat adalah harga BBM di setiap daerah tidak selalu sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan biaya distribusi, logistik, dan pajak daerah yang berlaku. Berikut ini adalah rincian harga BBM yang berlaku di beberapa provinsi per Selasa, 24 Juni 2025:
Aceh: Pertalite Rp 10.000, Biosolar subsidi Rp 6.800, Pertamax Rp 12.400
Jawa Barat: Pertalite Rp 10.000, Biosolar subsidi Rp 6.800, Pertamax Rp 12.100
DKI Jakarta: Pertalite Rp 10.000, Biosolar subsidi Rp 6.800, Pertamax Rp 12.100
Sumatera Utara: Pertalite Rp 10.000, Biosolar subsidi Rp 6.800, Pertamax Rp 12.400
Kalimantan Timur: Pertalite Rp 10.000, Biosolar subsidi Rp 6.800, Pertamax Rp 12.400
Harga biosolar subsidi dan pertalite tetap stabil di angka Rp 6.800 dan Rp 10.000 per liter, sementara harga Pertamax bervariasi antara Rp 12.100 hingga Rp 12.700 tergantung wilayah.
Penurunan Harga di Jawa Barat
Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang mengalami penurunan harga BBM pada Juni 2025. Khususnya untuk Pertamax, harganya turun dari Rp 12.400 menjadi Rp 12.100 per liter. Demikian pula dengan Pertamax Turbo, dari Rp 13.300 menjadi Rp 13.050 per liter. Selain itu, Pertamax Green 95 turun dari Rp 13.150 menjadi Rp 12.800 per liter, sementara harga Dexlite dan Pertamina Dex juga mengalami penurunan masing-masing menjadi Rp 12.740 dan Rp 13.200 per liter.
“Penurunan harga ini kami lakukan menyesuaikan harga minyak dunia yang menurun dan juga nilai tukar rupiah yang relatif stabil terhadap dolar AS,” jelas perwakilan Pertamina.
Meski demikian, harga BBM jenis pertalite dan biosolar subsidi tetap tidak berubah, yaitu masing-masing Rp 10.000 dan Rp 6.800 per liter. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas harga BBM yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum dan sektor transportasi.
Faktor Penentu Harga BBM
Penetapan harga BBM oleh Pertamina dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama adalah harga rata-rata minyak mentah di pasar dunia yang berubah setiap hari tergantung kondisi geopolitik, permintaan, dan pasokan. Kedua adalah nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS, karena minyak dibeli dalam dolar di pasar internasional.
“Kami mengikuti perkembangan harga minyak dunia yang fluktuatif serta nilai tukar Rupiah agar harga BBM di dalam negeri bisa mencerminkan kondisi nyata dan tidak memberatkan konsumen,” tambah narasumber dari Pertamina.
Selain itu, biaya distribusi dan pajak daerah juga turut memengaruhi harga jual BBM di SPBU wilayah tertentu. Oleh karena itu, masyarakat di berbagai daerah harus memahami bahwa harga BBM bisa berbeda walaupun jenisnya sama.
Pentingnya Memantau Harga BBM
Masyarakat disarankan untuk selalu memantau informasi harga BBM terkini, terutama bagi yang sering melakukan perjalanan antar provinsi atau daerah dengan harga BBM berbeda. PT Pertamina menyediakan berbagai cara bagi konsumen untuk mengecek harga BBM terbaru, mulai dari aplikasi resmi hingga situs web.
“Dengan mengetahui harga BBM secara berkala, masyarakat dapat mengatur anggaran penggunaan bahan bakar dan memanfaatkan momen penurunan harga secara optimal,” imbuh narasumber tersebut.
Harga BBM Subsidi dan Non-Subsidi Tetap Stabil
Hingga saat ini, harga BBM jenis subsidi seperti pertalite dan biosolar tetap tidak mengalami perubahan signifikan sejak dua tahun terakhir. Langkah ini diambil pemerintah dan Pertamina sebagai bentuk dukungan kepada masyarakat luas dan sektor ekonomi yang sangat bergantung pada BBM subsidi.
Sementara itu, harga BBM non-subsidi seperti Pertamax dan Pertamax Turbo lebih fleksibel mengikuti pasar. Penurunan harga BBM non-subsidi di beberapa daerah diharapkan bisa mendorong penggunaan bahan bakar berkualitas lebih tinggi yang sekaligus lebih ramah lingkungan.
Penyesuaian harga BBM Pertamina pada Selasa, 24 Juni 2025 menunjukkan adaptasi terhadap dinamika harga minyak dunia dan nilai tukar Rupiah. Penurunan harga khususnya pada jenis Pertamax di beberapa wilayah seperti Jawa Barat menjadi kabar positif bagi konsumen yang selama ini mengandalkan BBM non-subsidi.
Sementara itu, harga BBM subsidi seperti pertalite dan biosolar tetap stabil untuk menjaga daya beli masyarakat dan kelangsungan sektor transportasi. Masyarakat diimbau untuk terus memantau update harga BBM agar bisa mengantisipasi perubahan dan merencanakan kebutuhan bahan bakar secara tepat.
Dengan langkah ini, Pertamina berkomitmen untuk menjaga ketersediaan BBM berkualitas di seluruh Indonesia sekaligus menjaga keseimbangan antara kebutuhan konsumen dan kondisi pasar.