JAKARTA - Kinerja hasil investasi di industri asuransi jiwa menunjukkan pertumbuhan signifikan pada Mei 2025, mencerminkan adanya perbaikan dari sisi portofolio investasi pelaku industri. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hasil investasi sektor ini melonjak 75% secara bulanan (month to month), dari Rp 8,91 triliun pada April 2025 menjadi Rp 15,68 triliun di bulan Mei.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menilai lonjakan hasil investasi tersebut selaras dengan membaiknya sejumlah indikator ekonomi, terutama di pasar modal. Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu, menyatakan bahwa peningkatan tajam ini kemungkinan besar dipicu oleh penguatan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode yang sama.
“Jika melihat data OJK tersebut, pertumbuhan hasil investasi yang terjadi di bulan Mei kemungkinan dipengaruhi oleh penguatan IHSG yang naik 7,44% secara bulanan,” ujar Togar.
Menurutnya, tidak hanya pasar saham yang memberikan kontribusi, tetapi tren penurunan suku bunga juga ikut memperkuat hasil investasi, terutama untuk portofolio berbasis obligasi yang banyak dimiliki perusahaan asuransi jiwa.
Strategi Investasi Lebih Hati-Hati
AAJI menilai bahwa pelaku industri saat ini telah lebih berhati-hati dalam mengelola investasinya. Pendekatan yang lebih selektif dan terukur dalam menempatkan dana ke berbagai instrumen keuangan menjadi salah satu faktor pendukung membaiknya kinerja investasi.
Togar menjelaskan, banyak perusahaan asuransi jiwa telah mengadopsi strategi diversifikasi yang lebih efektif dan proporsional terhadap profil risiko mereka. “Perusahaan asuransi jiwa juga mulai menerapkan strategi investasi yang lebih hati-hati dan melakukan diversifikasi aset secara tepat. Hal ini turut berkontribusi terhadap peningkatan hasil investasi pada periode tersebut,” katanya.
Namun, meski ada kenaikan signifikan dalam jangka pendek, AAJI tetap memperingatkan adanya potensi tekanan terhadap kinerja investasi dalam jangka menengah. Tantangan-tantangan global yang masih berlangsung dinilai dapat menjadi penghambat kesinambungan pertumbuhan hasil investasi.
“Kondisi ini membuat ruang pemulihan hasil investasi dalam jangka pendek menjadi cukup terbatas,” jelas Togar.
AAJI memandang bahwa ketidakpastian ekonomi global masih membayangi, terutama dari sisi geopolitik dan tekanan terhadap daya beli masyarakat. Dua faktor tersebut akan terus memengaruhi keputusan investasi pelaku industri serta daya tahan portofolio terhadap gejolak pasar.
Meski demikian, terdapat optimisme yang masih terjaga menjelang paruh kedua tahun ini. Menurut AAJI, terdapat kemungkinan adanya peluang peningkatan kinerja investasi di semester kedua 2025.
Hal ini sejalan dengan proyeksi terhadap kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, serta potensi penurunan suku bunga global, yang diyakini dapat memberikan dorongan terhadap minat investor di instrumen pasar modal.
“AAJI tetap melihat adanya peluang perbaikan kinerja investasi pada paruh kedua 2025, seiring dengan potensi kebijakan fiskal yang ekspansif serta tren penurunan suku bunga global,” ujar Togar.
Ia menambahkan, jika sentimen positif dari sisi fiskal dan moneter global terus berlanjut, instrumen ekuitas, termasuk saham-saham unggulan, diprediksi akan kembali diminati oleh para investor institusional, termasuk perusahaan asuransi jiwa.
Kinerja portofolio investasi akan sangat bergantung pada kejelian perusahaan dalam membaca arah pasar serta menentukan komposisi portofolio yang sesuai. Diversifikasi yang tepat, pengelolaan risiko yang cermat, dan adaptasi terhadap dinamika pasar menjadi kunci utama mempertahankan performa hasil investasi.
Dengan capaian yang cukup menggembirakan di bulan Mei 2025 ini, industri asuransi jiwa mendapatkan suntikan optimisme. Namun, keberlanjutan tren tersebut akan sangat tergantung pada kondisi makroekonomi dan arah kebijakan yang diambil baik di tingkat nasional maupun global.