Danantara

Danantara Siap Integrasikan 18 BUMN Logistik

Danantara Siap Integrasikan 18 BUMN Logistik
Danantara Siap Integrasikan 18 BUMN Logistik

JAKARTA - Indonesia sedang berada di ambang babak baru dalam penataan ulang sektor logistik nasional. Gagasan besar untuk menyatukan puluhan BUMN yang bergerak di bidang logistik kini semakin nyata di tangan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Langkah ini bukan sekadar restrukturisasi biasa, melainkan upaya strategis menciptakan ekosistem logistik nasional yang terintegrasi, efisien, dan mampu bersaing secara global.

Sebagai langkah awal, Pelni menjadi sorotan utama. Perusahaan pelayaran milik negara ini selama ini dikenal sebagai operator angkutan penumpang, sementara kontribusinya di sektor logistik masih sangat kecil. Namun, potensi yang dimiliki Pelni untuk mendukung penguatan distribusi laut menjadikannya titik awal ideal dalam perjalanan panjang menuju pembentukan superholding logistik pelat merah.

“Untuk sektor logistik secara nasional masih di kisaran 0,2 persen… karena Pelni ini bergerak di bidang angkutan penumpang… Kita memang baru mau merintis ke arah sana,” ujar Direktur Utama Pelni, Tri Andayani. Ungkapan tersebut menunjukkan kesadaran bahwa transformasi logistik nasional membutuhkan keberanian untuk berbenah, bahkan dari titik paling dasar.

Integrasi Menuju Superholding: Menyatukan 18 Entitas Logistik

Danantara memiliki visi besar: menyederhanakan struktur BUMN logistik dari yang tersebar dan tumpang tindih menjadi satu perusahaan terintegrasi yang kuat dan kompetitif. Sekitar 18 BUMN yang memiliki lini bisnis logistik akan dirangkum ke dalam satu kesatuan yang bertujuan menghilangkan duplikasi peran, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperkuat posisi tawar di pasar logistik nasional maupun internasional.

Entitas yang masuk dalam rencana ini mencakup berbagai anak usaha dari BUMN besar, termasuk Angkasa Pura Logistik, KAI Logistik, Pos Logistik Indonesia, Pelindo Logistik, hingga unit logistik milik Semen Indonesia. Saat ini, prosesnya telah memasuki tahap fundamental business review dan akan dilanjutkan dengan aksi korporasi konkret seperti merger antarentitas sejenis.

Konsolidasi ini bukan sekadar langkah bisnis, melainkan bagian dari strategi jangka panjang penyederhanaan jumlah BUMN nasional yang saat ini berjumlah sekitar 888 menjadi di bawah 200 perusahaan dalam beberapa tahun mendatang. Dalam konteks tersebut, pembentukan superholding logistik dianggap sebagai salah satu pilar penting demi efisiensi tata kelola negara dan mendorong daya saing sektor-sektor strategis.

Namun perjalanan menuju integrasi ini tidak sepenuhnya tanpa tantangan. Penyesuaian budaya kerja antarperusahaan, potensi tumpang tindih fungsi, hingga dinamika internal masing-masing entitas menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, keberhasilan rencana ini sangat bergantung pada kepemimpinan yang solid, tata kelola yang transparan, serta pengawasan yang berkelanjutan.

Efisiensi, Skala Besar, dan Daya Saing Global

Banyak pihak menaruh harapan besar terhadap inisiatif konsolidasi ini. Dengan skala yang lebih besar dan struktur yang lebih ramping, sektor logistik pelat merah diharapkan bisa mengurangi biaya operasional dan mempercepat distribusi barang ke seluruh penjuru tanah air. Selain itu, terbentuknya satu entitas logistik nasional akan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok regional dan global.

Danantara juga diharapkan mampu mengarahkan investasi ke pembangunan infrastruktur logistik yang selama ini belum tergarap maksimal, seperti pelabuhan, gudang terpadu, jalur distribusi darat dan laut, serta layanan pengiriman barang yang terstandarisasi. Dengan adanya konsolidasi ini, proses modernisasi freight forwarding dan jasa pengiriman barang nasional akan memiliki pijakan yang lebih kuat.

Tak hanya itu, pengembangan sumber daya manusia turut menjadi bagian dari peta jalan konsolidasi. Dengan sistem yang lebih terintegrasi, pelatihan, rotasi kerja, dan pengembangan talenta dapat dilakukan secara menyeluruh dan merata antarunit usaha. Hal ini akan membuka ruang peningkatan kapasitas kerja dan produktivitas tenaga kerja logistik di seluruh Indonesia.

Walau masih dalam tahap awal, konsolidasi ini telah memancarkan sinyal penting bahwa Indonesia tidak lagi ingin tertinggal dalam kompetisi logistik internasional. Transformasi menyeluruh yang tengah digarap ini menjadi bukti keseriusan pemerintah dan BUMN untuk membenahi salah satu sektor krusial dalam pembangunan ekonomi nasional.

Dengan bersatunya kekuatan dari berbagai entitas logistik pelat merah dalam satu superholding, Indonesia diharapkan mampu mewujudkan sistem logistik yang terintegrasi, tangguh, dan adaptif terhadap dinamika global. Danantara kini memegang peran sentral untuk memastikan visi tersebut bukan hanya menjadi wacana, melainkan terealisasi dengan nyata dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index