Minyak

Harga Minyak Dunia Melemah Akibat Ketegangan Dagang

Harga Minyak Dunia Melemah Akibat Ketegangan Dagang
Harga Minyak Dunia Melemah Akibat Ketegangan Dagang

JAKARTA - Pasar minyak global kembali mencatatkan penurunan harga untuk hari ketiga berturut-turut pada Selasa, 22 Juli 2025, seiring meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kekhawatiran pasar terhadap potensi gagalnya kesepakatan perdagangan membuat harga minyak mentah tergelincir ke level terendah dalam beberapa pekan terakhir.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2025 ditutup turun sebesar US$1,05 atau sekitar 1,6 persen ke posisi US$66,15 per barel di New York Mercantile Exchange. Kontrak pengiriman tersebut sekaligus berakhir pada hari yang sama.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman September 2025 juga mengalami pelemahan sebesar 82 sen atau sekitar 1,2 persen, dan ditutup pada level US$68,39 per barel di London ICE Futures Exchange.

Ancaman Tarif Bayangi Perdagangan Global

Kondisi pasar minyak dunia dipengaruhi oleh memudarnya harapan atas tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Uni Eropa saat ini tengah mempertimbangkan berbagai opsi tanggapan terhadap langkah proteksionis Amerika Serikat, terutama menjelang tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Trump memberikan waktu hingga 1 Agustus kepada negara-negara mitra dagangnya untuk menyepakati perjanjian perdagangan. Apabila tidak tercapai kesepakatan, pemerintahan Trump berencana memberlakukan tarif sebesar 30 persen terhadap sejumlah produk asal Uni Eropa.

Langkah ini memicu kekhawatiran pasar akan terganggunya arus perdagangan global, termasuk dalam sektor energi. Potensi perang dagang dinilai dapat menekan permintaan minyak secara keseluruhan, khususnya dari sektor industri dan manufaktur yang sangat bergantung pada energi.

Sentimen Negatif Masih Dominan

Di tengah tekanan dari ketegangan geopolitik dan perdagangan, pelaku pasar juga masih mencermati berbagai indikator lain, termasuk data permintaan dan suplai minyak global, serta perkembangan makroekonomi yang dapat memengaruhi konsumsi energi.

Investor semakin berhati-hati menanggapi dinamika perdagangan global karena dampaknya yang luas terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi. Melemahnya aktivitas perdagangan diyakini akan berdampak langsung pada permintaan energi, sehingga menjadi faktor utama dalam pelemahan harga minyak saat ini.

Sentimen negatif yang terus mendominasi pasar membuat sebagian besar investor memilih sikap wait and see, sembari mencermati sikap resmi dari Uni Eropa terkait kemungkinan balasan terhadap kebijakan tarif AS.

Dengan perkembangan tersebut, analis memperkirakan volatilitas harga minyak masih akan berlangsung dalam beberapa waktu ke depan, terutama menjelang tenggat 1 Agustus yang ditetapkan Presiden Trump. Pasar akan terus menilai sejauh mana kebijakan dagang ini akan berdampak terhadap permintaan global dan harga komoditas energi secara keseluruhan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index