Batu Bara

Harga Batu Bara Merangkak Naik Lagi, Kini Sentuh USD 113 per Ton

Harga Batu Bara Merangkak Naik Lagi, Kini Sentuh USD 113 per Ton
Harga Batu Bara Merangkak Naik Lagi, Kini Sentuh USD 113 per Ton

JAKARTA - Harga batu bara kembali menunjukkan penguatan seiring dengan meningkatnya sentimen positif dari permintaan global dan pengaruh pasar energi internasional. Kenaikan ini menambah panjang tren penguatan harga dalam sepekan terakhir.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 24 Juli 2025, harga batu bara di ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan depan berada di level US$113,1 per ton. Angka ini mencerminkan kenaikan sebesar 0,71% dibandingkan hari sebelumnya, sekaligus menembus ambang psikologis US$113 per ton.

Kenaikan ini juga melanjutkan tren positif selama tujuh hari berturut-turut, dengan akumulasi penguatan sebesar 0,45%. Secara bulanan, harga batu bara telah mencatatkan kenaikan 2,75% secara point-to-point.

IEA Prediksi Permintaan Global Meningkat

Penguatan harga ini tak lepas dari data terbaru yang dirilis oleh Badan Energi Internasional (IEA) terkait prospek permintaan batu bara global. Dalam laporan terbarunya, IEA memperkirakan bahwa konsumsi batu bara secara global akan mencetak rekor baru pada tahun 2025. Bahkan, proyeksi permintaan tahun 2024 pun direvisi naik ke level tertinggi sepanjang sejarah.

Permintaan yang meningkat di berbagai kawasan turut mendorong optimisme pasar. Di Amerika Serikat, misalnya, konsumsi batu bara mengalami lonjakan hingga 12% pada paruh pertama tahun ini. Kenaikan ini ditopang oleh melonjaknya permintaan listrik domestik, yang juga mendapat dukungan dari Presiden Donald Trump terhadap penggunaan energi fosil, termasuk batu bara.

Permintaan yang sama juga terlihat di kawasan Eropa. Minimnya produksi energi dari angin membuat batu bara menjadi alternatif utama. Di India, permintaan batu bara diperkirakan akan naik sekitar 1,3% sepanjang tahun 2025.

Namun demikian, secara keseluruhan, harga batu bara masih belum sepenuhnya pulih. Dalam hitungan year-to-date (ytd), batu bara tercatat mengalami penurunan harga sebesar 15%, terutama dipengaruhi oleh faktor pasokan.

Pasokan Melimpah Tekan Harga di Asia

Di sisi lain, tekanan terhadap harga juga berasal dari kondisi pasokan yang melimpah, terutama di Tiongkok. Pemerintah melalui Badan Energi Nasional (NEA) tengah melakukan inspeksi selama satu bulan penuh di berbagai wilayah produsen batu bara utama, seperti Shanxi, Mongolia Dalam, dan Shaanxi.

Langkah tersebut diambil sebagai upaya mengendalikan aktivitas tambang yang berlebih dan berpotensi mengganggu stabilitas pasar. Dokumen kebijakan NEA yang tertanggal 10 Juli menyebutkan bahwa inspeksi ini bertujuan untuk mengatasi distorsi harga akibat kelebihan produksi.

Informasi mengenai inspeksi ini sempat beredar luas di media sosial di Tiongkok, sebelum akhirnya dikonfirmasi oleh pihak terkait. Pemerintah dinilai tengah menunjukkan keseriusan dalam penertiban sektor pertambangan nasional guna menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan di pasar.

Prediksi Teknikal: Masih Potensi Naik

Dari sisi teknikal, harga batu bara masih berada dalam tren bullish. Berdasarkan indikator Relative Strength Index (RSI), batu bara tercatat di angka 55. Angka ini mengindikasikan tren penguatan, karena RSI di atas 50 biasanya menggambarkan momentum naik.

Indikator Stochastic RSI juga menunjukkan posisi bullish dengan nilai 47, sedangkan Average True Range (ATR) 14 hari tercatat di level 1,76, yang mencerminkan tingkat volatilitas harga yang cukup tinggi.

Dalam jangka pendek, harga batu bara masih berpeluang untuk terus menguat. Area resistance terdekat berada pada rentang US$114 hingga US$115 per ton. Jika tren ini berlanjut, target paling optimis berada di US$123,1 per ton, yang mengacu pada garis sMoving Average (MA) 200.

Sementara itu, level support berada di kisaran US$110 hingga US$111 per ton. Jika harga terkoreksi lebih dalam, support terjauh diprediksi akan berada di US$107 per ton, mendekati garis sMoving Average (MA) 100.

Dengan kombinasi sentimen global dan penguatan teknikal, harga batu bara masih menyimpan peluang kenaikan dalam waktu dekat, meski tetap dibayangi risiko dari sisi pasokan yang berlimpah, terutama di Asia. Pasar akan terus memantau dinamika kebijakan energi dan permintaan global sebagai faktor utama penentu arah pergerakan harga ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index