JAKARTA - Proyek pembangunan Tol Lingkar Pekanbaru, bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) di Provinsi Riau, terus digenjot dengan pencapaian konstruksi yang sudah mencapai 69 persen dari total panjang 30,6 kilometer. PT Hutama Karya selaku pelaksana utama menargetkan proyek ini dapat rampung pada tahun 2026, meski menghadapi kendala terutama pada proses pembebasan lahan.
Dalam sebuah dialog terbuka bertajuk “HK-Connect” yang digelar di Pekanbaru, pihak Hutama Karya menyampaikan update pembangunan sekaligus membahas tantangan yang masih harus dihadapi. Mahar Muliawan, Project Director Ruas Rengat–Pekanbaru seksi Lingkar Pekanbaru, menegaskan bahwa tol lingkar merupakan salah satu proyek prioritas dengan panjang ruas yang paling signifikan dibandingkan proyek lain di wilayah Sumatera.
“Hingga saat ini kami telah menyelesaikan 69 persen. Sisa 9 kilometer masih dalam pengerjaan dan terus kami kebut. Target kami rampung pada 2026,” jelas Mahar.
Permasalahan Pembebasan Lahan dan Perawatan Ruas Tol yang Beroperasi
Meskipun progres pembangunan cukup maju, proyek ini masih tersendat di beberapa titik akibat masalah pembebasan lahan. Mahar menerangkan ada beberapa bidang lahan yang masih belum tuntas prosesnya, baik karena sengketa, perbedaan nilai ganti rugi, maupun kepemilikan ganda yang rumit.
“Terdapat beberapa bidang yang masih dalam proses penyelesaian. Ini jadi fokus kami saat ini,” ujar Mahar.
Lingkar tol ini membentang di dua wilayah, yaitu Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar. Untuk wilayah Kota Pekanbaru, pengerjaan sepenuhnya ditangani oleh Hutama Karya.
Selain percepatan pembangunan, perhatian juga difokuskan pada pemeliharaan ruas tol yang sudah beroperasi, seperti Tol Pekanbaru-Dumai. Kepala Regional Jalan Tol HK Sumbagteng, Bromo Waluko Utomo, menyampaikan bahwa pihaknya rutin melakukan perbaikan serta membuka fasilitas rest area baru untuk meningkatkan kenyamanan pengguna jalan tol.
Bromo menambahkan, kerusakan aspal menjadi salah satu permasalahan yang muncul akibat seringnya dilanggar batas beban kendaraan maksimal 10 ton. “Kami akan memperketat pengawasan. Kerusakan jalan bukan hanya terjadi di sini, tapi hampir di seluruh ruas tol di Indonesia,” jelasnya.
Hutama Karya juga menggelar patroli rutin dan menambah penerangan malam di sepanjang ruas tol untuk meminimalkan risiko kecelakaan yang kerap disebabkan oleh ban pecah dan pengemudi yang mengantuk.
Optimisme Rampung Tepat Waktu
Meski menghadapi tantangan dalam hal lahan dan perawatan, Hutama Karya optimis Tol Lingkar Pekanbaru dapat diselesaikan tepat waktu sesuai target 2026. Percepatan pengerjaan sisa 9 kilometer menjadi prioritas utama sekaligus penyelesaian masalah pembebasan lahan.
Dengan rampungnya tol ini, diharapkan konektivitas dan mobilitas di Riau, khususnya Pekanbaru, dapat meningkat pesat, mendukung pertumbuhan ekonomi dan mempermudah distribusi barang serta jasa di wilayah tersebut.