Garuda Indonesia

Garuda Indonesia Siap Tambah 100 Pesawat pada Akhir 2025, Industri Dirgantara Nasional Menggeliat

Garuda Indonesia Siap Tambah 100 Pesawat pada Akhir 2025, Industri Dirgantara Nasional Menggeliat
Garuda Indonesia Siap Tambah 100 Pesawat pada Akhir 2025, Industri Dirgantara Nasional Menggeliat

JAKARTA – Maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia, berencana menambah 100 unit pesawat baru pada akhir 2025. Pesawat-pesawat tersebut akan diperoleh dari dua produsen besar, yakni Airbus dan Boeing, sebagai langkah ekspansi dalam menghadapi meningkatnya permintaan penerbangan domestik dan internasional.

Rencana pembelian ini pertama kali disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto saat meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara pada 24 Februari 2025. Hal tersebut kemudian dikonfirmasi oleh Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, yang menekankan bahwa langkah ini menandakan pertumbuhan positif dalam industri penerbangan nasional.

“Bapak Presiden beberapa waktu yang lalu saat meluncurkan Danantara menyampaikan bahwa PT Garuda Indonesia akan memesan pesawat pada akhir tahun ini hingga 100 pesawat,” ujar Faisol Riza.

Selain pengadaan 100 unit pesawat pada akhir tahun ini, Faisol juga mengungkapkan bahwa Garuda Indonesia akan terus menambah lebih banyak pesawat dalam beberapa tahun ke depan.

“Untuk tahun-tahun berikutnya juga akan dipesan lebih dari itu (100 unit). Ini menunjukkan bahwa industri dirgantara kita secara komersial akan terus meningkat,” tambahnya.

Dampak Positif bagi Industri Dirgantara dan MRO Nasional

Peningkatan jumlah armada ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi berbagai sektor industri yang menopang industri penerbangan, salah satunya industri Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) atau bengkel pesawat.

Menurut Faisol, industri MRO di Indonesia masih memiliki potensi besar untuk berkembang. Saat ini, banyak pesawat Indonesia yang harus melakukan perawatan dan perbaikan di luar negeri, terutama di Singapura.

“Batam merupakan satu lokasi yang sangat strategis karena tidak banyak MRO di kawasan yang bisa menyuplai atau mendukung kebutuhan industri kedirgantaraan di Asia Tenggara,” katanya.

Walaupun industri MRO dalam negeri masih mengalami tekanan, peluangnya tetap besar, terutama dengan meningkatnya kebutuhan pesawat di tingkat global. Faisol menegaskan bahwa Indonesia perlu memperkuat kesiapan industri perawatan pesawat agar dapat mengambil porsi yang lebih besar dalam pasar global.

“Masih banyak kebutuhan-kebutuhan lain yang harus kita siapkan di dalam negeri maupun di kawasan,” imbuhnya.

Tantangan MRO Indonesia: 70% Masih Berbasis di Luar Negeri

Berdasarkan catatan, hingga saat ini hanya 30% perawatan pesawat Indonesia dilakukan di dalam negeri, sedangkan 70% lainnya masih dilakukan di luar negeri, khususnya di Singapura dan negara-negara lain.

Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Kementerian Perindustrian, Syahroni Ahmad, menekankan pentingnya peningkatan kapasitas MRO dalam negeri agar pesawat-pesawat Indonesia tidak perlu bergantung pada fasilitas luar negeri.

“Data terakhir yang kami tahu, pesawat terbang yang beroperasi di Indonesia, 30% MRO-nya ada di dalam negeri, dan 70% di luar negeri, ada di Singapura dan lain-lain,” ujar Syahroni.

Untuk mengatasi ketertinggalan ini, pemerintah mendorong agar Indonesia mendapatkan lisensi MRO dari negara-negara produsen pesawat, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Jika berhasil, industri MRO dalam negeri dapat mengikuti standar internasional dan menarik lebih banyak maskapai asing untuk melakukan perawatan pesawat di Indonesia.

“Ini kita coba pendekatan supaya negara lain mau memberikan MRO atau lisensi, seperti Eropa melalui EU-CEPA, sehingga pesawat yang diservis di Indonesia dan Eropa memiliki standar, persyaratan, dan spesifikasi yang sama,” jelas Syahroni.

Garuda Indonesia Siap Hadapi Lonjakan Permintaan Penerbangan

Dengan rencana ekspansi besar ini, Garuda Indonesia diharapkan mampu menjawab tantangan meningkatnya permintaan penerbangan di dalam dan luar negeri. Langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat industri penerbangan nasional sekaligus mengembangkan ekosistem MRO yang lebih mandiri.

Pengadaan pesawat baru ini tidak hanya akan meningkatkan kapasitas layanan Garuda Indonesia, tetapi juga memperkuat posisi industri penerbangan Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Dengan investasi yang tepat dalam industri perawatan dan perbaikan pesawat, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pusat industri dirgantara terkemuka di kawasan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index