Batubara Masih Jadi Incaran Pasar Asia Pekan Ini

Selasa, 19 Agustus 2025 | 07:40:18 WIB
Batubara Masih Jadi Incaran Pasar Asia Pekan Ini

JAKARTA - Harapan baru muncul bagi pelaku pasar komoditas energi setelah sejumlah indikator menunjukkan bahwa permintaan batu bara di kawasan Asia tetap solid. Research and Development ICDX, Girta Yoga, memprediksi harga batu bara akan bertahan di level tinggi dalam sepekan ini.

Menurutnya, penguatan harga ditopang oleh dua faktor utama: meningkatnya kebutuhan energi di China dan potensi tambahan permintaan dari India, dua negara konsumen batu bara terbesar dunia.

Permintaan China Masih Kuat

Yoga menegaskan, pasar batu bara global masih sangat dipengaruhi oleh pergerakan China. Data terbaru memperlihatkan penggunaan pembangkit listrik berbasis fosil di negara tersebut kembali meningkat pada Juli 2025.

“Pemakaian pembangkit listrik berbasis fosil di China naik pada Juli ke level tertinggi sejak Agustus 2024,” jelas Yoga dalam keterangannya. Kondisi ini menunjukkan bahwa meski tren energi hijau mulai digencarkan, kebutuhan akan batu bara sebagai sumber energi utama belum bisa tergantikan sepenuhnya.

Lonjakan kebutuhan listrik di China biasanya berkaitan dengan tingginya konsumsi rumah tangga pada musim panas serta meningkatnya aktivitas industri. Situasi ini mendorong pasar percaya bahwa permintaan batu bara masih akan bertahan kuat setidaknya dalam jangka pendek.

India Jadi Penopang Tambahan

Selain China, pasar juga menaruh perhatian pada India. Negara dengan jumlah penduduk lebih dari 1,4 miliar jiwa itu tercatat mengalami penurunan produksi batu bara domestik pada Juli.

“Permintaan di India juga berpotensi meningkat setelah data terbaru menunjukkan produksi batu bara bulan Juli turun lebih dari 12% secara tahunan dan turun hampir 18% secara bulanan,” ungkap Yoga.

Penurunan produksi domestik membuat India kemungkinan besar akan menambah impor batu bara untuk menutup kebutuhan dalam negeri. Situasi ini dinilai bisa menopang harga batu bara internasional, mengingat India merupakan konsumen terbesar kedua setelah China.

Level Harga dan Arah Pergerakan

Yoga menyebut, harga batu bara pekan ini berpotensi menguji level resistance di kisaran US$ 112,5 – 114,5 per ton. Namun ia juga mengingatkan risiko koreksi. “Apabila mendapat katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju level support di kisaran US$ 110,5 – 108,5 per ton,” tambahnya.

Pekan lalu, harga batu bara memang bergerak dalam tren bearish, terkoreksi sebesar 1,2%. Selama bulan Agustus, harga tercatat melemah hingga 3,48%, dan secara year-to-date (ytd) penurunan mencapai 11%.

Data ini menggambarkan bahwa meski ada potensi penguatan, pasar batu bara tetap rawan tekanan, terutama bila permintaan global tak cukup kuat untuk menahan laju penurunan.

Faktor Eksternal Lain yang Membayangi

Selain faktor konsumsi di China dan India, pergerakan harga batu bara juga dipengaruhi oleh sejumlah kondisi eksternal. Yoga menekankan bahwa pasokan dari Indonesia dan Australia, sebagai dua eksportir utama, akan sangat menentukan ketersediaan batu bara di pasar global.

Selain itu, perkembangan negosiasi tarif yang digulirkan Presiden Donald Trump, kebijakan energi bersih di berbagai negara, serta kondisi pasar gas alam juga disebut akan memberi warna pada dinamika harga.

Situasi di pasar gas, khususnya, menjadi penting karena harga gas alam yang tinggi biasanya mendorong industri beralih ke batu bara sebagai alternatif bahan bakar. Namun, jika harga gas kembali stabil, permintaan batu bara bisa kembali tertekan.

Proyeksi Jangka Panjang

Melihat dinamika saat ini, Yoga memperkirakan harga batu bara hingga akhir tahun masih mungkin menemui level resistance di US$ 125 per ton. Namun ia juga tidak menutup kemungkinan bahwa tren bearish dapat membawa harga menyentuh support di US$ 95 per ton.

“Pergerakan harga hingga akhir tahun akan sangat bergantung pada keseimbangan antara permintaan yang ditopang China dan India, serta kondisi pasokan global. Jika tren bearish terus berlanjut maka level support di US$ 95 per ton bisa diuji,” tutup Yoga.

Secara keseluruhan, pasar batu bara global tengah berada di persimpangan. Di satu sisi, permintaan dari China dan India memberi harapan bahwa harga tetap bertahan di level tinggi. Di sisi lain, tren penurunan harga dalam beberapa bulan terakhir mengingatkan bahwa risiko koreksi masih nyata.

Dengan demikian, pelaku pasar dituntut lebih cermat membaca arah pergerakan, terutama karena komoditas ini sangat dipengaruhi faktor eksternal, mulai dari pasokan ekspor hingga kebijakan energi alternatif. Untuk saat ini, Asia tetap menjadi pusat perhatian utama dalam menentukan nasib harga batu bara di pasar internasional.

Terkini