Uni Eropa Hadapi Lonjakan Gas Rumah Kaca di 2025

Selasa, 19 Agustus 2025 | 07:32:23 WIB
Uni Eropa Hadapi Lonjakan Gas Rumah Kaca di 2025

JAKARTA - Lonjakan emisi gas rumah kaca kembali menjadi perhatian serius di kawasan Uni Eropa. Meski ekonomi tumbuh positif, catatan lingkungan justru menunjukkan tren sebaliknya. Pada kuartal pertama 2025, total emisi gas rumah kaca meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Data terbaru memperlihatkan emisi mencapai 900 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e), naik 3,4% dari 871 juta ton CO2e pada kuartal I 2024. Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) Uni Eropa tumbuh 1,2% dalam periode yang sama. Fakta ini menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi belum sejalan dengan ambisi pengendalian gas rumah kaca.

Sektor Penyumbang Emisi Gas Terbesar

Berdasarkan laporan Eurostat, dua sektor ekonomi menjadi penyumbang peningkatan emisi gas terbesar. Pertama, sektor listrik, gas, uap, dan pendingin udara dengan lonjakan 13,6%. Kedua, sektor rumah tangga yang meningkat 5,6%.

Sebaliknya, tiga sektor justru mencatat penurunan. Manufaktur turun tipis 0,2%, transportasi dan penyimpanan berkurang 2,9%, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 1,4%.

Laporan tersebut juga menyoroti kondisi di level negara. Sebanyak 20 negara anggota Uni Eropa mengalami kenaikan emisi gas rumah kaca, sementara 7 negara lainnya berhasil menekan angka. Penurunan terbesar dicatat Malta (-6,2%), Finlandia (-4,4%), dan Denmark (-4,3%).

Dari tujuh negara yang mencatat penurunan, tiga negara – Estonia, Latvia, dan Luksemburg sekaligus mengalami kontraksi PDB. Sebaliknya, Denmark, Finlandia, Malta, dan Swedia berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sekaligus mencatat pertumbuhan ekonomi.

Namun, enam negara lain seperti Bulgaria, Ceko, Siprus, Polandia, Hongaria, dan Yunani menghadapi peningkatan emisi di atas 5%.

Uni Eropa Mandiri dalam Data Gas Rumah Kaca

Kenaikan emisi gas rumah kaca terjadi di tengah perubahan arah kebijakan global. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah mencabut sejumlah regulasi iklim penting dan mengurangi akses pada data ilmiah yang sebelumnya dibagikan secara gratis.

Akibatnya, Uni Eropa kini berupaya mandiri. Seorang pejabat senior Komisi Eropa menjelaskan bahwa blok tersebut sedang meningkatkan sistem pengumpulan data sendiri, termasuk observasi gas rumah kaca dan perubahan iklim. Dalam dua tahun ke depan, Uni Eropa menargetkan perluasan jaringan observasi kelautan Eropa yang mencakup rute pelayaran, habitat dasar laut, sampah laut, hingga kondisi lingkungan lainnya.

Langkah ini dimaksudkan untuk meniru, bahkan menggantikan layanan berbasis data dari Amerika Serikat. Bagi Uni Eropa, sistem baru ini bukan hanya strategi pengendalian gas rumah kaca, tetapi juga wujud kemandirian dalam menghadapi tantangan iklim global.

Dampak Regulasi Gas Rumah Kaca di AS

Berbeda dengan langkah Uni Eropa, pemerintahan Trump di AS justru bergerak ke arah sebaliknya. Rencana pencabutan regulasi gas rumah kaca dilakukan untuk memangkas biaya industri.

Administrator Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), Lee Zeldin, mengatakan bahwa penghapusan aturan terkait polusi gas rumah kaca dari kendaraan, pembangkit listrik, hingga cerobong asap, diperkirakan menghemat biaya kepatuhan lingkungan hingga US$52 miliar.

Namun, banyak pihak menilai strategi ini bisa menjadi bumerang. Perusahaan otomotif, manufaktur, hingga utilitas yang sudah berinvestasi besar dalam teknologi ramah lingkungan, kini khawatir dengan ketidakpastian regulasi. Mereka menghadapi risiko litigasi sekaligus kehilangan arah dalam investasi berkelanjutan.

Jalan Panjang Mengendalikan Gas Rumah Kaca

Uni Eropa sejatinya telah berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sejak 1990. Namun, para ilmuwan dari Pusat Penelitian Gabungan menilai capaian itu belum cukup untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2050.

Sebagai langkah antara, Komisi Eropa mengusulkan pengurangan gas rumah kaca bersih sebesar 90% pada 2040 dibandingkan tingkat emisi tahun 1990. Meski demikian, terdapat fleksibilitas bagi industri dalam negeri agar tidak terbebani secara berlebihan.

Situasi ini menunjukkan perjalanan Uni Eropa menuju emisi nol masih panjang. Tantangan semakin berat dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca di sejumlah negara anggota, ditambah dinamika kebijakan global yang tidak selalu sejalan.

Kenaikan emisi gas rumah kaca pada kuartal pertama 2025 menjadi peringatan nyata bahwa ambisi lingkungan masih menghadapi hambatan besar. Pertumbuhan ekonomi memang berjalan, tetapi upaya pengendalian gas rumah kaca belum seirama.

Dengan memperkuat sistem data iklim dan tetap berpegang pada target jangka panjang, Uni Eropa mencoba memastikan jalan menuju 2050 tetap terbuka. Namun, konsistensi seluruh negara anggota menjadi kunci agar kawasan ini benar-benar mampu menekan gas rumah kaca sesuai dengan komitmen hijau yang telah dicanangkan.

Terkini