JAKARTA - Prestasi membanggakan berhasil diraih PT Hutama Karya (Persero) setelah mencetak rekor efisiensi waktu pembangunan proyek tol dan mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI). Penghargaan ini diberikan untuk Proyek Tol Bayung Lencir – Tempino Seksi 3, yang dikerjakan melalui Kerja Sama Operasi bersama Wijaya Karya dan Brantas Abipraya (KSO HUTAMA – WIKA – BRANTAS).
Penyerahan penghargaan dilakukan di Auditorium Ki Narto Sabdo, Gedung MURI & Jaya Suprana Institute Jakarta. Wakil Direktur Utama MURI, Osmar Semesta Susilo, memberikan langsung piagam tersebut kepada Rizky Agung Saputra, Executive Vice President (EVP) Divisi Sipil Umum Hutama Karya.
Efisiensi Waktu Jadi Kunci Keberhasilan
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menjelaskan keberhasilan ini dicapai karena proyek tol sepanjang 15,47 km tersebut diselesaikan hanya dalam 473 hari kalender, jauh lebih cepat dari target kontrak 600 hari. Dengan demikian, proyek ini mencatat efisiensi waktu 21,7 persen, tertinggi di kategori pembangunan jalan bebas hambatan di Indonesia.
“Raihan rekor MURI ini adalah bukti komitmen Hutama Karya menghadirkan infrastruktur berkualitas dengan efisiensi optimal. Proyek ini selesai lebih cepat namun tetap menjaga standar kualitas dan keselamatan kerja tinggi,” ujar Adjib.
Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dan menjadi tol pertama di Provinsi Jambi. Infrastruktur ini menghubungkan Provinsi Jambi dengan Sumatera Selatan dan resmi beroperasi sejak 17 Oktober 2024. Dengan nilai proyek Rp2,729 triliun, tol ini dilengkapi akses jalan 1,8 km, jembatan overpass, underpass, serta interchange. Kehadirannya diharapkan memangkas waktu tempuh dan membuka peluang ekonomi baru di wilayah tersebut.
Teknologi Digital Dorong Percepatan Konstruksi
Kecepatan pembangunan proyek ini tidak lepas dari pemanfaatan teknologi konstruksi modern dan digital. Sistem pemindai otomatis untuk pengendalian material, peralatan uji kualitas tanah berteknologi tinggi, serta perencanaan berbasis digital mempercepat koordinasi di lapangan.
Penggunaan pemetaan laser dan navigasi satelit membantu pengukuran dengan lebih akurat, sementara kamera pengawas di setiap titik lokasi proyek memastikan pemantauan real-time. Dukungan teknologi ini menjadikan percepatan konstruksi tetap selaras dengan standar keselamatan tinggi.
Meski bekerja cepat, proyek ini mencatat prestasi zero accident. Hal tersebut diakui melalui penghargaan nihil kecelakaan dari Kementerian Ketenagakerjaan RI, setelah mencatat 2.935.573 jam kerja aman. Standar mutu proyek juga dijaga dengan pengujian berkala oleh laboratorium independen.
Dorong Pertumbuhan Ekonomi Jambi dan Sekitarnya
Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 tidak hanya menjadi simbol efisiensi, tetapi juga berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi regional. Dengan tersambungnya ruas ini, distribusi barang dan jasa menjadi lebih cepat, sehingga mendorong investasi dan pariwisata di Jambi.
Infrastruktur ini membantu meningkatkan daya saing daerah, termasuk kawasan wisata alam seperti Taman Nasional Bukit Duabelas dan situs budaya Candi Muaro Jambi.
Acara penyerahan rekor MURI turut dihadiri Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Jambi Periode 2023–2025, Ibnu Kurniawan, dan Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Provinsi Jambi, Benny Widya Christiawan. Validasi penghargaan ini dikeluarkan oleh Kementerian PUPR dan ditandatangani oleh Kepala BPJT, Wilan Oktavian, pada 2 Juni 2025.
Komitmen Jangka Panjang Hutama Karya
Capaian ini menegaskan posisi Hutama Karya sebagai pemimpin pembangunan infrastruktur nasional. Hingga kini, perusahaan telah membangun sekitar 1.093 km JTTS, di mana 952 km di antaranya sudah beroperasi.
“Rekor ini mencerminkan nilai-nilai AKHLAK dan budaya kerja unggul di Hutama Karya. Kami akan terus berinovasi dalam setiap proyek demi kemajuan bangsa, dengan mengedepankan prinsip zero accident, zero unconformity, dan zero waste,” tutup Adjib.
Keberhasilan ini menjadi wujud nyata komitmen Hutama Karya dalam mempercepat konektivitas dan mendorong pembangunan berkelanjutan di berbagai daerah di Indonesia.