JAKARTA - Upaya pemerintah menurunkan biaya logistik nasional terus digenjot melalui penguatan integrasi transportasi laut dan udara. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) fokus mengoptimalkan angkutan perintis agar dapat terkoneksi dengan baik ke berbagai kawasan strategis, sehingga distribusi barang dan penumpang lebih efisien.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, Lollan Andy Panjaitan, menekankan bahwa konektivitas antar moda sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah yang menjadi pusat aktivitas industri dan perdagangan.
“Kami ada beberapa contoh yang saat ini sedang terus berjalan, seperti Kawasan Industri Sei Mangkei yang terletak di Selat Malaka, ini merupakan salah satu rute perdagangan utama di dunia,” ujar Lollan.
Menurutnya, Ditjen Perhubungan Laut terus memperluas trayek angkutan laut perintis sebagai bagian dari program integrasi dan konektivitas. Jika pada 2015 layanan perintis laut hanya memiliki 3 trayek, 11 pelabuhan, dan 3 kapal, kini di 2025 sudah berkembang pesat menjadi 39 trayek dengan 104 pelabuhan dan 39 kapal.
Target Efisiensi dan Penurunan Biaya Logistik
Dukungan angkutan udara juga menjadi bagian penting dari integrasi transportasi. Direktur Navigasi Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub, Syamsu Rizal, menjelaskan bahwa peningkatan konektivitas antar moda akan mendorong efisiensi logistik secara nasional.
“Target kita adalah menurunkan biaya logistik hingga mencapai 12,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB),” ujar Syamsu Rizal.
Data menunjukkan, pada 2022 biaya logistik Indonesia masih berada di level 14,29% PDB. Angka ini turun menjadi 13,52% pada 2025, dan pemerintah menargetkan dapat mencapai 12,5% pada 2029. Efisiensi ini diharapkan dapat berdampak pada penurunan disparitas harga di berbagai wilayah, sehingga mendukung pemerataan ekonomi nasional.
Ditjen Perhubungan Udara mencatat hingga kini, angkutan udara perintis telah menjangkau 164 bandara, 78 lapangan terbang, 27 provinsi, dan 121 kabupaten/kota. Sejak 2011 hingga Juni 2025, layanan ini telah mengangkut 3.236.977 penumpang, dan untuk kargo sejak 2018 hingga Juni 2025 tercatat sebanyak 36.262 ton.
Peran Strategis Angkutan Perintis
Integrasi antara angkutan laut dan udara perintis menjadi tulang punggung distribusi logistik di wilayah terpencil dan kawasan ekonomi khusus (KEK). Selain mendukung perdagangan dan industri, program ini juga memastikan akses transportasi bagi masyarakat di wilayah yang belum sepenuhnya terjangkau jalur logistik komersial.
Dengan bertambahnya trayek dan fasilitas pelabuhan serta bandara yang terhubung, Kemenhub optimistis konektivitas nasional semakin kuat. Langkah ini tidak hanya menekan biaya distribusi tetapi juga menciptakan daya saing baru bagi kawasan industri dan perdagangan Indonesia di kancah global.
Upaya yang berkelanjutan dari Kemenhub melalui integrasi transportasi laut dan udara ini diharapkan menjadi solusi nyata untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi sekaligus menekan biaya logistik secara nasional.