JAKARTA - Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) kembali menyoroti dinamika pasar minyak global dengan proyeksi terbaru yang menunjukkan peningkatan permintaan minyak dunia pada tahun 2026. Prediksi ini muncul di tengah situasi pasokan yang melambat dari produsen non-OPEC dan optimisme yang tumbuh terkait pemulihan ekonomi global.
Meskipun sebelumnya proyeksi OPEC seringkali direvisi turun akibat kondisi pasar yang fluktuatif, kali ini organisasi tersebut menaikkan estimasi permintaan sebesar 100.000 barel per hari (bph) menjadi 1,4 juta bph untuk tahun depan, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Di sisi lain, mereka juga mengoreksi turun proyeksi pasokan dari luar OPEC dengan jumlah yang sama.
Permintaan Melonjak, Pasokan Terbatas
Menurut data dari sekretariat OPEC, persediaan minyak dunia diperkirakan akan mengalami penurunan signifikan hampir 1,2 juta bph pada 2026, kecuali jika kelompok OPEC dan sekutunya memutuskan untuk mengaktifkan kembali sebagian produksi yang sempat ditahan. Salah satu tanda optimisme terlihat dari langkah Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, yang mempercepat pengaktifan penuh produksi sebesar 2,2 juta bph lebih cepat satu tahun dari jadwal awal.
Namun, di tengah percepatan peningkatan pasokan ini, harga minyak justru menunjukkan tren melemah. Hal ini terkait dengan ketidakpastian ekonomi global, khususnya ketegangan perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat. Harga minyak mentah di pasar London telah turun sekitar 11% sepanjang tahun, bertengger di kisaran US$66 per barel.
Tantangan Data dan Kebijakan Produksi OPEC+
Laporan bulanan OPEC yang diterbitkan baru-baru ini memperlihatkan data pasokan dari anggota OPEC+ yang kompleks dan terkadang membingungkan karena perubahan metode pelaporan. Pada Juli 2025, produksi minyak mentah dari 22 negara anggota OPEC+ naik 335.000 bph, di mana sekitar setengah kenaikan berasal dari Arab Saudi.
Namun, data “supply-to-market” yang dilaporkan Arab Saudi, yaitu jumlah minyak yang benar-benar masuk ke pasar, menunjukkan kenaikan 165.000 bph menjadi 9,525 juta bph, sementara produksi aktual justru turun 551.000 bph menjadi 9,2 juta bph. Perubahan pelaporan ini menunjukkan bahwa meskipun produksi bertambah, tidak semua minyak tersebut dijual atau didistribusikan ke pasar, melainkan disimpan sebagai cadangan.
Hal ini sekaligus memperlihatkan kepatuhan Arab Saudi terhadap kuota produksi yang telah disepakati OPEC+, meskipun secara nominal kapasitas produksi mereka meningkat. OPEC belum memberikan penjelasan rinci terkait alasan penggunaan data baru ini dalam laporan resmi mereka.
Agenda dan Proyeksi ke Depan
Sejumlah analis menilai bahwa perubahan ini bisa menjadi strategi untuk menjaga stabilitas harga minyak dengan mengatur jumlah minyak yang masuk ke pasar global. Pertemuan penting anggota kunci OPEC+, terutama yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, dijadwalkan pada awal September 2025 untuk membahas kebijakan produksi selanjutnya.
Keputusan yang diambil pada pertemuan tersebut akan sangat menentukan arah pasar minyak dunia dalam jangka pendek hingga menengah, mengingat banyak faktor yang masih mempengaruhi dinamika pasar, termasuk geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.
Dengan proyeksi permintaan yang meningkat dan pasokan yang terkendali, OPEC berupaya menjaga keseimbangan pasar minyak agar tetap stabil, sekaligus mengantisipasi berbagai tantangan yang mungkin muncul pada tahun depan.