JAKARTA - Pergerakan harga batu bara kembali menjadi perhatian pelaku pasar energi. Setelah mengalami penurunan selama dua hari berturut-turut, komoditas energi ini akhirnya ditutup menguat pada perdagangan Senin, 18 Agustus 2025.
Di pasar ICE Newcastle, kontrak batu bara untuk pengiriman bulan depan tercatat di level US$ 111 per ton, menguat tipis 0,14% dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu. Kenaikan ini seolah menjadi jeda singkat di tengah tren pelemahan yang masih berlangsung.
Tren Harga Masih Rentan
Meski mencatat penguatan harian, harga batu bara belum sepenuhnya keluar dari tekanan. Sepanjang sepekan terakhir, pergerakan harga masih turun 1,94% secara point-to-point. Artinya, pelemahan dalam jangka pendek masih membayangi meski ada momentum kenaikan.
Salah satu faktor utama yang membuat harga batu bara sulit naik adalah lemahnya permintaan global, terutama dari China. Negeri Tirai Bambu selama ini dikenal sebagai konsumen terbesar batu bara di dunia, namun konsumsi energi dari batu hitam itu mulai melambat seiring tren perlambatan ekonomi domestik.
Data terbaru menunjukkan, pada periode Januari–Juli 2025, produksi listrik berbasis batu bara di China turun 1,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan juga tercermin pada sektor industri lainnya, di mana produksi semen berkurang 4,5% dan baja terpangkas 3,1%.
Lesunya Permintaan China Tekan Pasar
China yang biasanya menjadi motor penggerak permintaan batu bara kini justru menjadi beban pasar. Penurunan aktivitas di sektor energi dan industri berdampak langsung pada kebutuhan bahan bakar.
Selain faktor permintaan, kebijakan energi yang lebih ketat di China juga ikut memengaruhi pergerakan pasar. Negara tersebut semakin agresif mendorong transisi energi dan pemangkasan emisi, yang pada akhirnya menekan penggunaan batu bara sebagai sumber energi utama.
Kondisi ini memberi sinyal bahwa meskipun sesekali harga bisa menguat, secara keseluruhan tren pelemahan masih mungkin berlanjut. Pelaku pasar akan terus mencermati perkembangan permintaan dari China sekaligus menunggu arah kebijakan energi global.
Harapan Pasar dan Prospek ke Depan
Kenaikan harga batu bara pada perdagangan awal pekan ini memberikan sedikit optimisme bagi investor dan produsen. Meski demikian, kenaikan yang hanya 0,14% dinilai belum cukup kuat untuk mengubah arah tren jangka pendek.
Jika permintaan tidak segera pulih, terutama dari China, maka harga berpotensi kembali melanjutkan koreksi. Di sisi lain, sentimen dari sektor energi global, seperti kondisi suplai dari negara pengekspor utama atau kebijakan energi alternatif, juga bisa memengaruhi pergerakan harga ke depan.
Pasar akan terus mencari keseimbangan baru di tengah situasi permintaan yang melambat, tekanan transisi energi, serta faktor geopolitik yang masih bisa mengubah arah perdagangan komoditas.
Secara keseluruhan, pergerakan harga batu bara pada awal pekan ini hanya mencerminkan koreksi teknikal setelah dua hari berturut-turut melemah. Penguatan tipis ini masih belum menghapus tren pelemahan yang terjadi dalam sepekan terakhir.
Dengan permintaan yang masih lesu, terutama dari China, prospek harga batu bara ke depan masih penuh tantangan. Para pelaku pasar akan tetap menunggu sinyal pemulihan konsumsi energi global sebelum harga benar-benar mampu bangkit dari tekanan.